ISI Denpasar | Institutional Repository

Gusmiati Suid Sang Maestro Tari I

War, dizal (2010) Gusmiati Suid Sang Maestro Tari I. Artikel Bulan April 2010, 4. pp. 1-2.

[img]
Preview
PDF (Gusmiati Suid Sang Maestro Tari I) - Published Version
Download (150kB) | Preview

Abstract

Gusmiati suid, lahir pada tanggal 16 Agustus 1942 di dusun Parak Jua Batu Sangkar, Sumatera Barat. Tumbuh dan dibesarkan oleh pasangan guru sekolah dalam alam dan adat Minang serta ajaran Islam yang kokoh. Sejak usia 4 tahun, Gusmiati Suid sudah harus berlatih fisik dengan keras dan disiplin diri yang tinggi, karena ia satu-satunya turunan untuk meneruskan garis Silat Kumango supaya tidak punah. Berlatih keras dengan disiplin tinggi adalah sebuah keharusan dalam silat. Manakala Gusmiati lalai, ia harus rela berjam-jam berdiri di tengah empang keluarga. Pada suatu ketika diceritakan, Gusmiati cilik baru saja pulang dari menjenguk keluarga di kampung sebelah. Tiba di rumah sang mamak (paman) galak bertanya, “berapa banyak pohon yang ia lalui di jalan?”. Gagap menjawab pertanyaan pelik itu, Gusmiati cilik tahu apa yang harus ia lakukan; berjam-jam menempatkan diri di tengah empang. Begitulah sang mamak mengajarkan sari ajaran “Alam Takambang Jadi Guru,” mengenali lingkungan dengan teliti, bekerja keras dan membentuk disiplin diri. Bagi Gusmiati, tak pernah ada jalan pintas, tak ada anugerah yang jatuh dari langit. Setiap prestasi dan keberhasilan, hanya bisa diperoleh dengan kerja keras, perjuangan tak henti, dan disiplin diri yang tinggi. Sebagaimana gadis desa di Minang pada umumnya, sejak kecil Gusmiati rajin pergi ke surau (tempat ibadah) untuk belajar mengaji, bersembahyang, memperdalam pengetahuan dan pemahamannya akan hukum dan ajaran Islam. Ketika tumbuh menjadi remaja, Gusmiati mulai belajar tari Melayu dan menjadi guru. Bergabung dengan Hoeriah Adam (pembaharu tari Minang), serta melanjutkan pendidikan di Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padang Panjang. Tetapi, komitmenya kepada silat, tari Minang, dan nilai-nilai tradisi tak pernah pudar. Gusmiati mencintai tradisi tetapi tidak melihatnya sebagai barang mati. Tradisi itu baginya tumbuh dan berkembang sesuai dengan tempat dan masanya, sesuai dengan petuah Minang Alam Takambang Jadi Guru, Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung, atau Sakali Aia Gadang Sakali Tapian Barubah. Melalui perjuangan keras dan keyakinan diri, puteri Asiah dan Said Gasssim itu berhasil membentuk diri menjadi penata tari yang handal dan memiliki harga diri dengan rasa cinta yang mendalam kepada bangsa, negeri dan kemanusiaan, bukan hanya ditingkat nasional tetapi juga dalam pergauluan antar bangsa. Apa sebetulnya yang telah diperbuat Gusmiati Suid, yang sejak tahun 1982 mendayung kreativitasnya melalui sanggar Gumarang Sakti, Jakarta. Tentu cukup banyak yang telah diperbuatnya, sehingga mendorong banyak orang dan lembaga-lembaga seni dan budaya memberikan apresiasi. Salah satu yang patut dikenang adalah keteguhan hati dalam menetapkan pilihan hidupnya sebagai seniman, yang diiringi dengan kegelisahan kreativitas dan kultural yang terus menerus menggodanya. Dalam konteks kebudayaan Minangkabau, apa yang dilakukan Gusmiati Suid merupakan sebuah “pemberontakan kultural” yang tidak selalu dipahami dan diakomodasi oleh kehidupan kebudayaan masyarakat Minangkabau masa kini. Meskipun tradisi kebudayaan Minangkabau, selalu ada ruang untuk keluar dan cengkraman tradisi, seperti diungkapkan dalam pepatahnya, “adat dipakai baru, kain dipakai usang”, namun kadang-kadang “ruang” tersebut sering menyempit dan menimbulkan benturan-benturan yang melelahkan. Mungkin karena itu pulalah, dipenghujung tahun 1980-an, Gusmiati Suid hijrah dari kampung halamannya ke Jakarta dan memulai era baru dalam perjalanan kreativtas seninya dengan mendirikan sanggar tari Gumarang Sakti (1982). Minangkabau, yang merasuk begitu kuat dalam dirinya, ternyata semakin mengental dan menemukan muara pengucapanya yang semakin luas. Bahasa seni pertunjukan yang dipresentasikan lewat berbagai karya tarinya, meskipun semakin kompleks namun memperlihatkan kematangan da kearifan serta kesederhanaan dalam kultur. Berbagai fenomena dan problematik kehidupan berbangsa, diungkapkanya secara kreatif melalui simbol-simbol yang dikenal luas dalam kebudayaan Minangkabau, sehingga menjadi pertunjukan yang komunikatif; meskipun sejumlah kata-kata yang meluncur dari pertunjukan cukup sulit dimengerti oleh orang yang bukan Minangkabau. Namun disitulah kekhasan Gusmiati Suid, kesetiaannya terhadap tradisi budaya yang membesarkannya, yakni Minangkabau merupakan salah satu sumber kekuatannya dalam berkarya. Karena Tradisi kebudayaan Minangkabau, jika dipahami secara mendalam sebetulnya sangat terbuka untuk berdialog dan bersinergi dengan kebudayaan di luarnya. Itu pulalah yang menyebabkan, sadar atau tidak sadar bahasa pertunjukan karya-karya tari Gumiati Suid berkembang melalui persentuhannya dengan berbagai wacana seni yang ada di luar wilayah budanyanya sendiri. Kehadiran Gusmiati Suid sebagai salah seorang maestro Tari Indonesia, selain telah memberikan semangat dan pembaharuan yang cukup penting dalam perkembangan seni pertunjukan di lingkungan masyarakat Minangkabau, juga telah menjadi bagian penting dari kehidupan kesenian di Indonesia. Berbagai penghargaan dan punian yang telah diberikan kepadanya, baik semasa beliau masih hidup maupun setelah meninggal, merupakan suatu pengakuan terhadap pencapaian kreatif dan dedikasinya terhadap seni pertunjukan di Indonesia. Dalam konteks seni pertunjukan Indonesia, inilah sumbangan yang cukup penting dari Gusmiati Suid. Kesetiaan terhadap tradisi yang membersarkannya serta kemampuannya untuk menerobos batas-batas tradisi tersebut, telah mengantarkan Gusmiati Suid sebagai salah seorang maestro tari Indoensia (Utama, 2004:4-5).

Item Type: Article
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Publication Unit > Article
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 04 Oct 2010 06:07
Last Modified: 04 Oct 2010 07:03
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/103

Actions (login required)

View Item View Item