ISI Denpasar | Institutional Repository

Struktur Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, Bagian II

I Ketut, Gina (2011) Struktur Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, Bagian II. Artikel Bulan Agustus (2011), 2 (8). p. 1.

[img]
Preview
PDF (Struktur Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, Bagian II) - Published Version
Download (133kB) | Preview

Abstract

1). Tabuh Pategak Marajaya berpendapat, bahwa pertunjukan Wayang Kulit Bali pada umumnya dimulai dengan tabuh pategak atau pembukaan. Tabuh ini mempunyai tujuan untuk menarik perhatian penonton agar terkonsentrasi pada jalannya pertunjukan.Tabuh pembukaan atau pategak ini dapat juga ditemukan pada pertunjukan-pertunjukan seni teater lainnya seperti: Drama Gong, Prembon, Arja, Wayang Wong, Janger, Joged Bumbung dan lain sebagainya. Pada tabuh pategak pertama selesai, sang dalangpun naik ke panggung tempat pertunjukan, dan tabuh pategak ke dua dilanjutkan oleh panabuh. Tabuh pategak ke dua mulai, sang dalang duduk mengukur jarak kelir dengan blencong menggunakan ujung jari tangan, setelah merasa sudah cukup, dilanjutkan dengan makan daun sirih (nginang) dari ujung daun sirih dengan ucapan mantra: Pukulun Sanghyang Tunggal amasanga guna kasmaran, buta asih, liak asih, janma manusa asih, Dewa Batara asih, teka patuh ingkup, teka asih 3x. Ong antara, pantara, patara, sarwa sih manembah alila sudha ya namah, Ang Ah. Dilanjutkan oleh sang dalang natab bayu dengan cara meniupkan nafas pada tangan, kalau lebih deras nafas lubang hidung kanan, sang dalang meniatkan Betara Brahma yang menuntun di saat pertunjukan, jika lebih deras nafas lubang hidung kiri, maka sang dalang meniatkan Betara Wisnu yang menuntun di saat pertunjukan, seandainya keduanya sama-sama deras, maka sang dalang meniatkan Betara Iswara yang menuntun di saat pertunjukan, dengan mantra dalam hati, Ong Ang Ung Mang, suksma yogi prayojana sudha ya namah. Dalam pertunjukan Wayang kulit Bali, tabuh pategak dilanjutkan dengan tabuh pamungkah. 2). Tabuh Pamungkah Dalang melakukan langkah-langkah seperti: nebah keropak yaitu tutup keropak ditepuk dengan telapak tangan kiri, disertai dengan ucapan mantra: Atangi Sanghyang Samirana angringgit amolah cara. Dalang membukanya tutup keropak ditaruh di sebelah kanan dalang sekaligus digunakan alas wayang yang akan sering dipakai di dalam pertunjukan. Dalang mengambil ke dua pamurtian, yang kanan dipegang dengan tangan kanan, dan yang kiri dipegang dengan tangan tangan kiri, dengan mengucapkan mantra: Pukulun Sanghyang Tiga Wisesa amasang guna pangeger. Kemudian pamurtian diserahkan kepada pembantu dalang (katengkong) di kanan untuk ditancapkan di ujung layar (kelir) sebelah kanan, pamurtian kiri diserahkan kepada pembantu dalang (katengkong) di kiri untuk ditancapkan di ujung kelir sebelah kiri. Dalang mengambil alat pemukul keropak (cepala) yang dipasang (dijepit) dengan telunjuk dan jari tengah tangan sebelah kiri. Setelah sang dalang siap, kemudian memberikan aksen dengan satu ketokan keras (tak), maka tabuhpun mulai nguncab, pemukulan keropak disesuaikan dengan tabuh gamelan (mecandetan). Kemudian sang dalang mengambil kayonan ditempel di siwadwara di bagian belakang blencong dengan mengucapkan mantra: Om Sanghyang Sambhu mulih ring Wisnu, Sangkara mulih ring Mahadewa, Ludra mulih ring Brahma, Mahesora mulih ring Iswara meraga Sanghyang Tunggal, mawak gni, tangan gni, rambut gni, melidah aku mirah, asing cepolang aku bentar, teka mandi 3x, teg nyer 3x

Item Type: Article
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Publication Unit > Article
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 27 Sep 2011 05:26
Last Modified: 27 Sep 2011 06:09
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/1097

Actions (login required)

View Item View Item