I Ketut, Gina
(2011)
Tetikesan Dalam Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa.
Artikel Bulan Agustus (2011), 2 (8).
p. 1.
Preview |
|
PDF (Tetikesan Dalam Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa)
- Published Version
Download (60kB)
| Preview
|
Abstract
Di dalam Pewayangan, cara memegang tangkai serta menggerakkan wayang merupakan hal yang sangat penting, gerak wayang di Bali disebut dengan tetikesan, dan gerak wayang di Jawa disebut dengan sabetan. Dalam Kamus Bali-Indonesia yang diterbitkan oleh Dinas Pengajaran Propinsi Bali, kata “tikas” sama artinya dengan sikap.Jadi, tetikesan dalam pewayangan dapat diartikan bagaimana seorang dalang dapat menggerakkan wayang, agar sesuai dengan karakter masing-masing tokoh wayang, seperti tokoh raja yang baik (tokoh protagonis), tokoh punakawan atau seorang abdi di pihak baik, tokoh raja yang jahat (tokoh antagonis), tokoh punakawan atau seorang abdi di pihak jahat, tokoh raksasa, tokoh seorang pendeta dan lain sebagainya. Bali Dalang I Made Kembar dari Banjar Padang Sumbu Kelod Denpasar Barat mengatakan bahwa tetikesan yang diindetikkan dengan abah, yang artinya pembawaan atau karakter seorang tokoh dari gerak-gerik, cara berjalan, action di saat berbicara akan nampak jelas pada kelir. Tetikesan dari wayang-wayang yang dipentaskan memberikan pesan jelas pada penonton, siapa dan bagaimana tokoh wayang yang sedang dimainkan, kerakter dan masing-masing wayang dapat dibaca dengan jelas. Banyak jenis tetikesan atau gerak wayang sesuai dengan teknik menggerakkan yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa. Adapun di antaranya adalah sebagai berikut:
1). Nabdab pahyas, dalam Bahasa Bali nabdab berarti mengatur atau memperbai
ki, pahyas berarti busan atau pakaian. Nabdab pahyas yaitu gerakan tangan
wayang pada waktu ditancapkan pada gadebong, sedang memperbaiki busana
seperti gelung atau kasesoris kepala, kampuh atau penutup kain, papetet
(sabuk), dan lancing (ujung kain) di saat akan bermusyawarah. Hal itu dapat
terlihat pada gerakan tangan Raja Kediri (Prabu Erlangga) ketika akan mulai
sidang dengan Patih Madri.
Actions (login required)
|
View Item |