Kadek, Suartaya
(2011)
KETIKA LAYAR WAYANG DIHALANGI LAYAR TELEVISI.
Artikel Bulan Oktober (2011), 2 (10).
p. 1.
Abstract
Pengakuan dan penghargaan Pemda Bali kepada seseorang atau kelompok orang yang telah berkarya dan mengabdikan hidupnya untuk dunia seni ditandai dengan penganugrahan piagam yang bernama Dharma Kusuma. Apresiasi pemerintah terhadap dedikasi para seniman ini, Minggu (14/8) lalu, misalnya, ditunjukkan oleh Gubernur Bali I Made Mangku Pastika serangkaian dengan HUT Pemda Bali ke-53. Di antara 18 piagam yang diserahkan gubernur Bali itu, terdapat sebuah penghargaan untuk seniman pedalangan. Piagam untuk seniman pengabdi wayang kulit ini terasa mengetuk rasa haru, mengingat semakin tergerusnya wibawa teater boneka pipih dua dimensi ini di tengah masyarakat Bali masa kini.
Dulu, wayang kulit adalah pertunjukan favorit masyarakat. Masing-masing daerah di Bali mengembangkan kekhasan bentuk dan gaya pementasannya. Kendatipun berangkat dari sumber cerita yang sama, Ramayana dan Mahabharata, ornamentasi fisik wayang kulit Bali bervariasi, seperti berukir rumit halus di Bali Selatan dan sebaliknya agak polos di Bali Utara. Namun bagaimana pun bentuk estetik fisik wayangnya dan gaya artistik pementasannya, yang pasti, di masa lalu, pementasan wayang kulit begitu mempesona penonton. Penyajiannya dicermati penonton mulai dari kotak wayang dibuka oleh dalang hingga wayang kayonan ditancapkan pertanda pertunjukan usai. Cerita yang dikisahkan merasuk ke relung hati.
Actions (login required)
|
View Item |