ISI Denpasar | Institutional Repository

Pementasan Tari Kunti Karna

Hendra, Santosa, SSKar.,M.Hum (2005) Pementasan Tari Kunti Karna. Documentation. ISI Denpasar.

[img]
Preview
PDF (Cover Pementasan Tari Kunti Karna) - Cover Image
Download (160kB) | Preview

Abstract

Abstrak Setelah usaha perdamaian yang dilakukan Sri Kresna menemui kegagalan, maka Dewi Kunti tidak dapat melepaskan pikirannya dari bayangan kehancuran bila terjadi perang antara Korawa dan Pandawa. Kegelisahannya bersumber pada anaknya sang karna yang kini memihak Korawa. Dewi Kunti mengetahui benar bagaimana bencinya Karna pada Arjuna saya harus menemui Karna sekarang juga. Dewi Kunti segera pergi ke tepi sungai Gangga tempat selalu memuja ayahnya Dewa Surya, dijumpailah Karna Kunti perlahan-lahan kmendekat dengan Karna sangat terkesan dengan wanita itu ia member hormat dan memperkenalkan dirinya. Dewi akunti menatap Karna begitu lama. Baru kali inlah dia dapat melihat outranya begitu dekat tanpa disadari airmatanya keluar tiada tertahan membasahi pipinya. Tiba-tiba sang Karna dengan wajah bersinar-sinar. Ibu adalah wanita yang saya mimpikan berulang kali sebelim sang Karna sempat bertanya Dewi Kunti berkata saya adalah Dewi Kunti ibu dari Panca Pandawa, kau adalah anakku yang pertama. Dengan penuh kerinduan Karna memandang wajah ibunya demikian pula sebaliknya Dewi Kunti maka dalam sekejap mereka saling berpelukan, akhirnya ibu dating juga yang telah menurunkan saya kedunia ini dan ibu telah berani mengakui saya sebagai anak tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dapat diakui anaknya. Perkenankan saya merambah kepala saya dipangkuan ibu sambil menutup mata menikmati kebahagiaan. Tiba-tiba Karna bangun teringat bakan tugas dan kewajibannya sebagai senopati perang dan memohon pamit. Dewi Kunti berkata marilah anakku ikutlah bersama ibu danbersatu denagn saudara-saudaramu”tidak bu, saya tidak dapat mengikuti ibu karena saya telah berjanji kepada Duryodana untuk memihaknya karena dia sebagai penyalamat dan mengangkat saya sebagai Raja di Angga, Kunti menahan kesedihan seperti mendengar halilintar dimalam hari yang memberikan penerangan hanya sekejap untuk selanjutnya bertambah gelap kembali. Doakanlah saya agar dapat mencapai surge sebagaimana halnya seorang pahlawan. Ibu janagn bersedih Pandawa tetap lima antara saya dan Arjuna yang akan gugur dimedan perang, Dewi Kunti memeluk Radheya berkali-kali seperti tidak mau melepaskannya, Karna dengan langkah berat meninggalkan ibunya. Dengan sinar mata sayu Kunti menatap sampai anaknya lenyap dari pandangan.

Item Type: Monograph (Documentation)
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Faculty > Performing Arts Faculty > Karawitan Department
Depositing User: Ni Made Dwi Oktaviani
Date Deposited: 19 Jan 2012 04:08
Last Modified: 19 Jan 2012 04:08
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/1268

Actions (login required)

View Item View Item