Hendra, Santosa, SSKar.,M.Hum and Wardizal, S.Sen., M.Si and Saptono, S.Sen
(2008)
Nawa Swara Gamelan Sistem Sebilan Nada Dalam Satu Gembyang Tahun Kedua.
Documentation.
ISI Denpasar.
Preview |
|
Image (JPEG) (Cover Nawa Swara Gamelan Sistem Sembilan Nada Dalam Satu Gembyang Tahun Kedua)
- Cover Image
Download (216kB)
| Preview
|
Abstract
Abstrak
Nada dan tangga nada, merupakan salah satu unsur yang paling mendasar dari sebuah musik. Nada dan tangga nada musik dari berbagai suku bangsa di dunia memiliki identitas, karakter, dan keunikan tersendiri. Ilmu pengetahuan yang berkembang dwasa ini membedakan tangga nada music menjadi dua yaitu pentatonic (lima nada) dan diatonic (7 nada). Secara umum, masing-masing tangga nada yang ada terdiri dari tujuh nada dalam satu oktaf. Jika dilakukan pengamatan secara cermat dan teliti, terdapat fakta dan kemungkinan lain dalam sebuah bentuk tangga nada terdiri dari Sembilan nada dalam satu oktaf.
Konsep Sembilan nada dalam satu oktaf pernah di rumuskan dalam dua orang musikolog Indonesia yaitu Raden Mahyar Angga KusumaDinata dan R. Hardjo Subroto. Pada gamelan Bali hal tersebut tersirat dalam lontar prakempa. Konsep musical yang sesungguhnya menarik ini, belum pernah di teliti dan dilakukan pengkajian yang mendalam. Dalam konteks inilah, nawa swara (system nada pada gamelan dengan menggunakan Sembilan pada dalam satu oktaf); sebagai suatu bentuk penelitian terapan dilakukan.
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah membuat sebuah model gamelan dengan system Sembilan nada dalam satu oktaf. Jika penelitian dapat diwujudkan, akan memberikan konstribusi yang sangat signifikan dalam menunjang kreativitas seniman karawitan. Penelitian ini diperkirakan akan memakan waktu antara tiga tahun dengan masing-masing capaian setiap tahunnya berupa sebuah model instrument gamelan.
Penelitian tahun pertama dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapangan untuk mencari nada dasar. Metode observasi kepustakan untuk menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan interval nada. Metode observasi laboratorium yang menggunakan software Nuendo H20 serta Plug in RMIV untuk mencari sampler nada dan interval. Hasil yang didapat, kemudian direalisasikan dalam bentuk instrumen yang terbuat dari kayu, dan selanjutnya diujicobakan dalam bentuk praktis berkarawitan.
Pada tahun pertama penelitian ini telah dihasilkan sebuah model virtual nada-nada yang terdapat pada system Sembilan nada dengan cara menaikan setengah nada pada interval panjang yang terdapat dalam gamelan jawa laras pelog 7 nada, yaitu nada 3+ dan 7+, sehingga nada-nada yang terdapat dalam system Sembilan nada berdasarkan notasi kepatihan adalah 1,2,3,3+,4,5,6,7,dan 7+. Penelitian pada tahun pertama ini telah ditemukan pula bukti baru tentang system laras 10 nada yaitu dengan cara menaikan setengah nada pada interval nada yang terdapat dalam gamelan jawa laras slendro yaitu 1+,2+,3+,5+,dan 6+, sehingga system 10 nada dalam laras slendro berdasarkan notasi kepatihan adalah 1,1+,2,2+,3,3+,5,5+,6,6+.
Penelitian tahun kedua dilakukan membentuk prototype gamelan nawa swara, yang mengikuti model gamelan jawa dengan format instrument untuk pengolahan bunyi dengan wujud “bilah” dibuat dengan menyerupai instrument gambang karena banyaknya bilah yang ada. Sedangkan untuk pengolah bunyi dengan wujud pencon dibuat menyerupai instrumen bonang tetapi lebih melebar karena terdapat penambahan 4 buah nada atau sekiotar 50 cm dari bonang gamelan jawa laras pelog. Instrument bonang dibuat 1 buah, instrument demung 2 buah, instrument saron 4 buah, dan instrument peking 2 buah. Percobaan praktek menabuh dilakukan dengan menerapkan 8 gending yang berbeda dari 4 daerah yaitu Sunda, Jawa, Bali, Minang.
Pada tahun kedua penelitian ini telah ditemukan bahwa pemisahan laras pelog dan slendro yang selama ini ada pada karawitan nusantara, maka gending-gending yang dimainkan oleh gamelan nawa swara tidak mengenal laras pelog dan selendro. temuan baru pada penelitian tahun kedua ini adalah dihasilkannya system notasi yang mengadopsi dari berbagai system notasi yang ada dalam music nusantara. System notasi ini khusus dibuat untuk gamelan Nawa Swara, namun tidak tertutup kemungkinan jika system tersebut dikembangkan menjadi system notasi karawitan yang mempunyai format 9 nada dalam satu gembyang. Adapun system notasi tersebut adalah 1 2 3 3+ 4 5 6 7 7+ dengan pembacaannya ji, ro, lu, le, pat, mo, nem, pi, pe.
Jika penelitian ini mendapat perpanjangan untuk tahun ketiga, akan didesiminasikan dan ditawarkan ke sanggar-sanggar yang ada di denpasar dan juga pada masyarakat luas terutama pada sanggar-sanggar yang ada di denpasar untuk pengenalan dan penyebaran gamelan dengan system Sembilan nada.
Actions (login required)
|
View Item |