Saptono, S.Sen
(2007)
Cover Komposisi Musik Black And White Koreografer I Gusti Ngurah Sudibya.
Documentation.
ISI Denpasar.
Preview |
|
PDF (Cover Komposisi Musik Black And White Koreografer I Gusti Ngurah Sudibya)
- Cover Image
Download (14kB)
| Preview
|
Abstract
Abstrak
Rua Bineda adalah dua buah kata dalam kehidupan orang Bali yang berarti dua yang berbeda. Dua hal yang berbeda ini adalah suatu keadaan di mana keduanya tidak dapat dipisahkan tetapi berjalan seiring dengan perjalanan waktu. Keadaan ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yakni, adanya perbedaan waktu siang dan malam, pebedaan tingkah laku baik dan buruk, perbedaan lefel tinggi dan rendah, perbedaan kedudukan atasan dan bawahan, ada kiri dan kanan serta masih banyak hal lain yang dapat kita liha dalam kehidupan lita sehari-hari.
Hal serupa juga dusampaikan dalam buku Ensiklopedi Tari Bali bahwa dalam filsafat Rua Bineda yang diteraplan di dalam lakon-lakon bebarongan di Bali. Barong di Bali dianggap sebagai pihak yang baik dan Rangda dianggap sebagai pihak yang buruk atau jahat. Konsep dualism tetap hidup dalam pertunjukan barong, bahkan terdapat juga pada semua jenis lakon di Bali (Bandem, 1983:30)
Demikian juga rua bineda yang ditulis oleh Ida Bagus Darmika, bahwa konsep rua bineda ini merupakan keyakinan masyarakat bahwa, walaupun merupakan dua unsure yang selalu berbeda namun jika dihayati maka perbedaan tersebut sebenarnya proses penciptaan yang tujuannyauntuk mencapai kebahagiaan di mana keselarasan dan keseimbangan akan dapat terwujud dalam kehidupan di dunia ini. Ajaran ini berpean bahwa laki-perempuan, baik-buruk, mati-hidup neraka-surga, senang-susah, siang-malam, matahari-bulan bersama munculnya pergi dan dating. Jika tidak muncul keburukan maka waktu itu pula kebaikan akan menyertai, jika muncul kebaikan, maka bersama itu pula keburukan akan muncul sebab baik dan buruk itu tak terpisahkan (Moksartham Jagaddhita, 1995: 98).
Hal trsebutlah yang melatar belakangi garapan tari Blak & White karya I Gsusti Ngurah Sudibya, maka saya ketika diminta menggarap musik sebagai iringannya, tersirat dengan istilah lanang-wadon. Oleh karena itu, saya menginspirsaikan musik yang digarap cukup membutuhkan dua orang dan dua alat yang berbeda kultur budayanya. Di dalam kesempatan ini menggunakan kendang dan biola.
Actions (login required)
|
View Item |