Drs. I Ketut, Mustika, M.Si
(2009)
Dekontruksi Seni Patung Satria Gatotkaca Di Persimpangan Jalan Ngurah Rai Tuban.
Documentation.
ISI Denpasar.
Preview |
|
PDF (Cover Dekontruksi Seni Patung Satria Gatotkaca Di Persimpangan Jalan Ngurah Rai Tuban)
- Cover Image
Download (16kB)
| Preview
|
Abstract
Dalam wira carita Mahabharata ini menampilkan dua tokoh kesatria yang pada dasarnya merupakan serumpun keluarga yang terbagi menjadi dua yang saling bertentangan. Disatu pihak dari keluarga Panca Pandawa, yang diwakili oleh raja Pringgodani yaitu “Gatotkaca”. Di pihak lawannya adalah keluarga Seratus Kurawa, yang diwakili oleh Adipati dari Kadipaten Awangsa yaitu “Adipati Karna”. Dalam konteks mentransformasikan karya sastra yang bersifat dua demensional, menjadi karya seni tiga demensional juga memerlukan kecermatan yang harus menjadi perhatian yang utama, karena terkait dengan sifat tiga demensional. Kalau dalam wira carita, yang menjadi momen utama adalah gugurnya Gatotkaca, karena terkait dengan sifat tiga demensinya maka, dengan demikian momen yang ditampilkan adalah pada saat kesatriaan-nya Gatotkaca memperlihatkan kesaktian “maya-nya” untuk memancing emosi Adipati Karna, supaya melepas/mempergunakan senjata “Kunta Wijayandanu-nya ”, yang merupakan senjata pamungkas Adipati Karna.
Dengan demikian momen “Satria Gatotkaca” sangat tepat diwujudkan dalam wujud karya seni tiga demensional, yang dalam perwujudannya dilapangan terdiri dari : 1) Gatotkaca sebagai tokoh utama, dari pihak Panca Pandawa, 2) Adipati Karna, tokoh utama ke dua dari pihak Seratus Kurawa, 3) Prabu Salya, sebagai kusir Adipati Karna, 4) Kereta perang Adipati Karna yang bernama Jaladra, 5) Enam ekor kuda sebagai penarik kereta Jaladra, 6) Senjata pamungkas Adipati Karna yang bernama Kunta Wijayandanu. Semua bentuk-bentuk figur tersebut terkomposisikan secara strukturalistik, sehingga menjadikan suatu unity komposisi bentuk-bentuk yang sangat indah, naturalis ekspresif, dan bersifat monumental.
Actions (login required)
|
View Item |