I Gusti Putu, Sudarta, SSP., M.Sn (2009) Sangita Mahamaya. Documentation. ISI Denpasar.
Microsoft Word (Cover Sangita Mahamaya)
- Cover Image
Download (39kB) |
Abstract
Konsep Wayang adalah merupakan seni pertunjukan yang multi dimensional yaitu mencakup semua unsur seni seperti sastra, tembang, tari, musik, filsapat dan spiritual. Oleh karena itu wayang disebut sebagai Total Theatre. Keberadaan wayang saat ini membuktikan bahwa wayang sebagai bagian dari kebutuhan hidup masyarakatnya mampu berkembang sesuai dengan keadaan jamannya. Perubahan wujud, struktur, fungsi dan nilai-nilai dalam wayang adalah bagian dari proses adaptasinya terhadap perubahan jaman sesuai dengan dinamika masyarakat pendukungnya sehingga pertunjukan wayang menjadi tradisi yang Adiluhung. Tradisi yang dimaksud disini bukanlah sesuatu yang sekarat hampir mati atau punah tapi merupakan tradisi yang hidup dan terus berkembang. Wayang adalah tradisi yang hidup. Namun dalam perkembangannya sekarang sangat mengkhawatirkan karena mengarah kepada kepuasan selera sesaat. Dengan berubahnya pola hidup masyarakat saat ini juga berpengaruh kepada cara menikmati dan memperlakukan wayang. Wayang tidak lagi dianggap sebagai tuntunan hidup tapi hanya hiburan semata. Hal ini juga terjadi karena para dalang berorientasi pada hal-hal yang bersifat inderawi tanpa diimbangi dengan hal-hal yang menuju kepada kepuasan spiritual (kalangwan). Maka sajian dan garapan pakeliran yang berkembang seolah-olah mengikuti selera masyarakat yang menekankan pada fungsi hiburan. Bahkan wayang diekspos untuk kepentingan propaganda politik tertentu dengan sangat vulgar dan tidak mengindahkan etika yang berlaku dalam jagat pewayangan. Dalang tidak malu-malu dan mengorbankan identitas dirinya sebagai tokoh yang seharusnya memberikan pencerahan pada masyarakat tapi menjadi media iklan pesanan untuk mempropagandakan kepentingan tertentu yang bersifat individu dan (atau) sectarian. Fenomena tersebut di atas sangat menarik dan memberikan kegairahan kepada penyusun untuk mengembangkan seni pertunjukan wayang kulit lebih dalam lagi. Apalagi sebagai mahasiswa yang menekuni bidang seni pewayangan harus terus berkarya guna mendapatkan bentuk-bentuk dan alternative baru yang bisa dikontribusikan kepada perkembangan seni pertunjukan wayang kulit. Penyusun berkeinginan menggarap sebuah karya pewayangan yang mengangkat gejolak bathin dan perenungan Mpu Tantular sehingga melahirkan sebuah karya sastra Sutasoma atau Purusadasanta. Keyakinan dan pandangan Mpu Tantular terhadap fenomena yang berkembang pada jamannya seperti kenegaraan, social politik, kemanusiaan, perbedaan keyakinan beragama sungguh luar biasa sehingga lahirlah Bhineka tunggal ika tan hana Dharma mangrwa (Unity in diversity) yang menjadi falsapah bangsa sampai saat ini. Keberagaman dan kemajemukan dalam kesatuan yaitu Nusantara. Berbeda dalam menjalankan agama tapi Tuhan yang disembah adalah sama. Berbeda suku bangsa tapi kita disatukan oleh kemanusiaan. Kita berada dan dilahirkan dari rahim yang sama yaitu Ibu Pertiwi Budaya Nusantara. Penyusun tertarik untuk mengangkat fenomena kebangsaan ini karena sekarang sudah terjadi krisis budaya. Orang sudah tidak menghargai lagi budaya sendiri malahan mengimpor budaya dari luar yang belum tentu cocok diterapkan di Nusantara, orang menjadi kebarat-baratan, keindia-indiaan, kearab-araban. Kekerasan dan sifat fanatisme antara golongan semakin 2 meluas, kerusuhan sectarian semakin merebak. Tidak mau menerima dan menghargai perbedaan, rela melakukan kekerasan bahkan membunuh atas nama agama bahkan ada yang membantai manusia (katanya) karena membela Tuhan. Kekerasan, dendam dan kekacauan yang terjadi di luar negeri mereka bawa dan pindahkan ke negeri kita sehingga nusantara menjadi kacau. Hal ini menyentuh nurani penyusun untuk mengangkat fenomena ini kedalam sebuah garapan pakeliran yang berjudul ‘Sangita Mahamaya’. Dalam garapan ini penyusun akan memanfaatkan berbagai media seperti layar, boneka wayang kulit, lampu blencong, obor (oncor), lampu electric, penari, beberapa ricikan perkusi, gamelan, chorus vocal chant. Penyusun juga akan mentransformasikan unsur-unsur teater tradisi Bali seperti Topeng, Arja dan Kecak yang memungkinkan untuk digarap dalam garapan pakeliran ini.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NX Arts in general |
Divisions: | Faculty > Performing Arts Faculty > Puppetry Department |
Depositing User: | Ni Made Dwi Oktaviani |
Date Deposited: | 30 Jul 2012 05:57 |
Last Modified: | 30 Jul 2012 06:05 |
URI: | http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/1508 |
Actions (login required)
View Item |