Ida Ayu , Dyah Maharani, ST., M.Ds
(2012)
Desain dan Lingkungan Untuk Tuna Netra.
Documentation.
ISI Denpasar.
Abstract
Kita tidak dapat begitu saja menutup mata bahwa ada sebagian dari anggota masyarakat yang keadaan fisiknya kurang sempurna, yang sebenarnya mempunyai berbagai macam aktifitas atau kegiatan yang sama dengan manusia lainnya yang dapat dikatakan tidak cacat fisik. Namun pada kenyataannya, dapat dijumpai perbedaan perlakuan yang diterima para penderita kelainan fisik, terutama para tuna netra. Kelainan fisik yang mengakibatkan kehilangan penglihatan adalah merupakan salah satu jenis penderitaan yang paling tidak diharapkan setiap manusia. Kehilangan penglihatan atau kebutaan sebenarnya bukanlah suatu ketidakmampuan atau kecacatan (handicap) tetapi hanya suatu keterbatasan kemampuan karena sebenarnya mereka dapat melakukan segala sesuatu pekerjaan sehari-hari walaupun dengan kondisi tersebut. Orang dikatakan cacat bila sebagian dari anggota tubuhnya secara fisik tidak dapat bekerja dengan baik walaupun untuk pekerjaan yang ringan (“Disabled” or “Handicapped” , Selwyn Goldsmith hal17-18). Masyarakat tuna netra merupakan kelompok masyarakat yang seringkali disisihkan oleh golongan masyarakat yang normal. Mereka seringkali dianggap sebagai golongan yang membebani orang lain.
Dengan keterbatasannya, sebenarnya potensi yang ada pada setiap individu tersebut dapat dikembangkan semaksimal mungkin dan mereka juga berhak atas pendidikan dan penghidupan yang layak. Misalnya, keberadaan fasilitas untuk belajar serta sarana untuk menyalurkan kreatifitas dan bakat para tuna netra yang tetap harus direncanakan dan disosialisasikan dengan baik. Sehingga, proyek ini bertujuan mengangkat serta menjadikan kelompok tuna netra ini sebagai masyarakat yang juga menerima kualitas serta hak yang sama di sisi masyarakat.
Aspek perilaku pemakai menjadi bahasan utama ketika seseorang akan merancang suatu bangunan termasuk interiornya. Perilaku yang berbeda akan membutuhkan solusi desain yang berbeda. Demikian pula pada saat membuat suatu desain untuk penyandang tuna netra yang memiliki kemampuan yang terbatas dalam penglihatan. Mereka mengandalkan kemampuan inderanya selain indera penglihatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Keadaan tersebut berakibat terhadap fungsi pengamatan, di antaranya lingkup keanekaragaman penglihatan pengalaman, kemampuan berpindah tempat, interaksi dengan lingkungan, perilaku atau sikap terhadap lingkungan (manusia dan alam). Namun fenomena yang terjadi saat ini yang berawal dari jumlah tuna netra yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang normal (tidak cacat penglihatan) sehingga menimbulkan konsekuensi bahwa para tuna netralah yang harus beradaptasi dengan lingkungan masyarakat normal. Perancangan bangunan untuk tuna netra banyak yang tidak memperhatikan kebutuhan pemakainya terutama dari segi keamanan, kemudahan pergerakan, pencarian orientasi dan lain sebagainya.
Para tuna netra, seperti halnya orang normal yang tidak cacat penglihatan, melakukan aktifitas sehari-hari dari bangun tidur, mandi, berpakaian, ke sekolah atau kerja, makan hingga tidur kembali pada malam harinya. Dalam melakukan aktifitasnya yang tidak jauh berbeda dengan orang normal ini, tentu saja memerlukan fasilitas-fasilitas seperti halnya tempat bagi civitas untuk beraktifitas. Di sinilah kemudian dapat ditemukan perbedaan fasilitas antara para tuna netra dengan orang normal, bahwa fasilitas-fasilitas untuk tuna netra memerlukan suatu desain khusus sehingga dapat memudahkan bagi tuna netra dalam melakukan aktifitasnya. Di antara beberapa fasilitas yang diperlukan oleh tuna netra, terdapat satu fasilitas yang memerlukan ekstra perhatian dalam desainnya yaitu tempat tinggal, karena disitulah para tuna netra menghabiskan sebagian besar waktunya (bukan hanya tuna netra, dan bahkan berlaku bagi orang normal sekalipun). Sehingga inilah yang menjadi latar belakang pengambilan studi khasus tempat tinggal para tuna netra di lingkungan Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna yang berupa barak dan asrama di antara beberapa alternatif bangunan, sebagai obyek penelitian.
Actions (login required)
|
View Item |