K Wina, Sadhu Gunawan
(2014)
Liang Luang.
Documentation.
ISI Denpasar.
Abstract
Gong Luang sebagai konvensi seni diikat oleh ketentuan-ketentuan yang sekaligus menjadi ciri terhadap repertoar Luang itu sendiri. Akan tetapi jika kita melihatnya sebagai kumpulan alat-alat gamelan, maka Gong Luang tersebut masih memberikan kemungkinan-kemungkinan lain untuk dikembangkan baik dari segi teknik permainan, fungsi maupun komposisi lagunya. Teknik permainan gamelan Gong Luang dapat dikembangkan dengan memasukkan teknik-teknik gamelan lain seperti Gong Kebyar, Semar Pegulingan dan lain-lain. Seperti misalnya gangsa jongkok yang biasa dimainkan dengan teknik kekenyongan dapat dikembangkan menjadi teknik kotekan. Bila dikaji dari segi fungsi gamelan Gong Luang dapat dikembangkan di luar konteks upacara untuk memperkaya fungsi dan maknanya. (Adi Adnyana:1999:3)
Meskipun gamelan Gong Luang berlaras pelog tujuh nada, akan tetapi ia memiliki nuansa yang berbeda jika dibandingkan dengan gamelan berlaras pelog tujuh nada lainnya. Seperti misalnya gamelan Semar Pegulingan, Selonding, Gambang, Semarandhana dan yang lainnya. Hal inilah yang membuat gamelan Gong Luang menjadi unik dan sangat menarik minat penata untuk menggarapnya menjadi sebuah komposisi musik inovatif yang penata beri judul Liang Luang.
Kata Liang jika dicari di dalam kamus bahasa Indonesia berarti lubang (KBBI:590:1997), dan kata Luang berarti kosong (KBBI:603:1997). Jadi, Liang Luang kalau diartikan menjadi dari kosong kembali ke kosong atau dari lobang kembali ke lobang. Maksudnya adalah manusia yang lahir di bumi, semuanya akan mengalami tiga fase yaitu lahir, hidup dan mati. Ketiga proses dalam siklus kehidupan tersebut dalam ajaran agama hindu disebut dengan Tri kona.
Actions (login required)
|
View Item |