S. Hesti, Heriwati
(2010)
PRAGMATIK IMPERATIF DALAM
DIALOG LAKON “SEMAR MBANGUN GEDHONG KENCANA” SAJIAN KI MUJAKA JAKA RAHARJA.
Mudra (JURNAL SENI BUDAYA), 25 (2).
pp. 185-197.
ISSN 0854-3461
Preview |
|
PDF (PRAGMATIK IMPERATIF DALAM DIALOG LAKON “SEMAR MBANGUN GEDHONG KENCANA” SAJIAN KI MUJAKA JAKA RAHARJA)
- Cover Image
Download (4MB)
| Preview
|
Abstract
Abstrak
Pertunjukan wayang kulit purwa Jawa tetap eksis dalam era globalisasi karena tidak dilihat dari visualnya saja atau dari aspek estetis tetapi di balik pertunjukkan wayang itu terdapat makna yang dalam, sehingga wayang bagi masyarakat Jawa berfungsi sebagai tontonan, tuntunan dan tatanan. Sajian wayang diharapkan dapat menyampaikan pesan yang dapat memotivasi timbulnya pengalaman estetis yang memuaskan, di samping tujuan-tujuan lain seperti untuk penerangan, propaganda, kritik sosial, hiburan dan sebagainya. Berkaitan dengan permasalahan di atas dalam pertunjukkan wayang terdapat naskah lakon, yang pada gilirannya naskah akan dicermati melalui dialog antar tokoh. Adapun keberadaan naskah lakon akan dianalisis percakapannya dengan dimensi kebahasaan dalam hal ini bidang pragmatik khususnya dari segi imperatif, pemakaian bahasa antar tokoh. menganalisis percakapan alami melalui data-data yang direkam dan ditranskripsikan. Mereka mentranskripsikan percakapan bukan hanya sekedar memberikan nuansa fonetis untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasikan fonem dan variasinya, tetapi sebagai teknik yang mampu membantu mengidentifikasi cara-cara orang membangun ‘aturan lalu lintas’dalam berbicara menggunakan perangkat bahasa. Analisis percakapan berbeda dan cabang sosiologi lain karena bukan hanya menganalisis aturan sosial saja, analisis percakapan mencari untuk menemukan cara/metode yang digunakan anggota masyarakat untuk menghasilkan makna aturan sosial. Percakapan merupakan sebuah sumber dan berbagai makna aturan sosial memproduk beberapa kekhasan yang mendasari arti peran sosial kata. Perwujudan makna pragmatik imperatif diuraikan secara terperinci dalam kaitannya dengan cerita pada naskah lakon pedalangan “Semar mBangun Gedhong Kencana”, yang dilakonkan oleh seorang dalang bernama Mujaka Raharaja, dia adalah dalang papan atas selain juga terdapat nama-nama dalang lainnya. Kajian teks di dalam tuturan / dialog antar tokoh dapat dianalisis tuturannya karena mengandung unsur imperatif, dan akan dikaji dari dimensi pragmatik. Adapun tuturan yang dikaji adalah tuturan yang mengandung unsur-unsur imperatif (perintah, suruhan, permintaan, permohonan, desakan, bujukan, imbauan, persilakan, ajakan, izin, larangan, harapan, umpatan, pemberian ucapan, anjuran, ngelulu).
Pragmatic Imperatives in the Dialogs of Semar Mbangun Gedhong Kencana Story Performed by Ki Mujaka Jaka Raharja
Abstract
The Javanese shadow puppet theater is still existed in the globalization era because it is not only seen from the visual or aesthetic aspects but also from the deep meaning beyond the performance so that wayang, for Javanese people, becomes tontonan (entertainment), tuntunan (teachings), and tatanan (rules). Wayang performance is expected to convey mes- sage which can motivate the emergence of satisfying aesthetic experience and also other purposes like explanation, propaganda, social critics, etc. In relation to the matter, there is a script of lakon which will be analyzed through the dialogues between the characters. The conversation in the script will be analyzed by language dimension that is the use of language between characters especially in pragmatics in case of imperative use. The natural conversation will be analyzed through recorded and transcript data. The conversation transcription is not only aimed to give phonetic nuance and to describe as well as to classify phoneme and its variation but also to become a technique which is able to identify the ways how people construct ‘traffic rules’ in conversation using language instruments. Conversational analysis is different from other sociological branch because it does not only analyzing social rules but also seeking and finding the ways or methods used by the member of society to produce meaning of social rules. Conversation becomes a source and the various meanings of social rules produce some characteristics which underlie the meaning of words social roles. The realization of pragmatic imperative meaning is described in detail in relation to the story of lakon “Semar mBangun Gedhong Kencana” presented by dalang Mujaka Raharja, one of the popular dalang. The utterance of the dialogues can be analyzed because it contains imperative elements and it will be analyzed from pragmatic dimension. So the utterance which will be analyzed is the utterance which contains imperative element (order, delegate, request, pressure, persuasion, appeal, welcome, invitation, permission, prohibition, hope, curse, greetings, suggestion, ngelulu.
Keywords: conversational analysis, pragmatics, imperative
Actions (login required)
|
View Item |