ISI Denpasar | Institutional Repository

Prabangkara Jurnal Seni Rupa Dan Desain Tahun 2012

Putu, Agus Bratayadnya and I Gusti Ngurah Agung, Jaya Ceka and Ida Ayu , Dyah Maharani, ST., M.Ds and I Made, Sumantra and Putu, Sukardja and I Ketut , Muryana (2012) Prabangkara Jurnal Seni Rupa Dan Desain Tahun 2012. Prabangkara Jurnal Seni Rupa Dan Desain, 15 (18). 01-73. ISSN 1412-0380

[img]
Preview
Image (JPEG) (Prabangkara Jurnal Seni Rupa Dan Desain 2012) - Cover Image
Download (61kB) | Preview

Abstract

PEMANFAATANINTERNETDALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS Putu Agus Bratayadnya Jurusan Fotografi Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia. Abstrak Jaman sekarang ini, penggunaan internet adalah suatu keharusan. Internet adalah salah satu perkembangan penting dan kita hams menguasai di era globalisasi. Ada banyak orang dewasa yang tidak dapat menggunakan internet dan menurut UNESCO bahwa yang mahasiswa yang telah lulus dari Universitas harus memiliki kemampuan untuk beresonansi dengan teknologi terbaru sehingga akan berguna dalam bidang pekerjaan dan internet adalah salah satu contohnya. Selain itu, bahasa Inggris adalah salah satu hal penting di Universitas dan di internet, ada banyak bahan dan contoh untuk kursus ini. Kenaikan fenomena ketika internet tidak digunakan untuk mencari beberapa bahan dan contoh dalam pelajaran bahasa Inggris. Jadi penelitian ini bertujuan untuk menemukan manfaat dari penggunaan internet di kelas bahasa Inggris di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institut Seni Indonesia. Abstract Nowdays, The using of internet is a must. Internet is one of important development that we must be mastering in this globalization era. There are a lot of adult people that can not use the internet and according to UNESCO that the university graduated students must have ability to resonate with the newest technology so its will be useful in job field and internet is one of the example. Besides this, English is one of important lecture in University and in internet, there are many materials and examples for this course. A phenomenon rise when internet do not use for looking some materials and examples of English subject. So this research has purpose to find the benefit of the using Internet on English class in Faculty of Fine Arts and Design of Indonesian Institute of the Arts. Keywords: Internet, English lecture and photography class. DOMINASI ORNAMEN PATRA PUNGGEL PADA BANGUNAN WADAH/BADE I Gusti Ngurab Agung Jaya CK. Jurusan Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia. Abstrak Bentuk penyederhanaan garnbar tumbuhan dengan tidak meninggalkan sifat khusus tumbuh-tumbuhan yang di gambar. Usaha menyederhanaan bentuk itu disebut mengubah atau menstilir jenis tumbuh-tumbuhan yang di gubah, untuk kepentingan seni ukir, antara lain daun ganggeng, daun warn, batang tumbuh-tumbuhan yang merarnbat atau menjalar, disebut "lung'. Disarnping itu bunga buah juga banyak yang di gubah. Ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan menjadi motif pokoknya, adalah batang dan daun yang di gubah melilit atau melengkung oleh karena itulah, maka "lung' atau "gelung", Ini biasanya di lengkapi dengan motif-motif tumbuhan, yang berukuran lebih kecil sebagai isian bidang di sekitar, yang di gubah dari kuncup daun atau kuncup bunga yang disebut "angkup". Kadang- kadang gubahan dari sekuntum bunga yang sedang kembang disebut "ceplok". Angkup dimaksudkan juga untuk menyebut lipatan daun atau daun yang melengkup pada yang lain. Bentuk dasar lingkingan tumbuhan paku, jenis flora, dengan lengkung- lengkung daun muda, tumbuhan paku. Bagian dari ini terdiri dari susunan dari batun poh (biji mangga), potongan lingkingan tumbuhan paku, jengger siap (Jengger ayarn), ampas nangka (Kulit nangka), kuping guling (telinga babi), pepusuhan(tunas mudah), dan uti! (ekor kalajengking). Pengulangan dengan lengkung timbal balik, atau searah pada gegodeg hiasan sudut- sudut atap bangunan, dapat pula dengan pola mengarnbang untuk bidang-bidang lebar, bervariasi atau kombinasi dengan patra-patra yang lainnya. Ia merupakan patra yamg paling banyak di gunakan. Selain bentuknya yang mumi sebagai patra, patra umumnya melengkapi segala bentuk kekarangan (patra dari jenis fauna), hiasan bagian lidah naga. Patra api-apian ekor singa dan hiasan-hiasan pelengkap. Hiasan di lihat dari segi etomologi, memberikan gambaran yang lengkap sangat di perlukan. Bermacam-macam corak dan bermacam-macam teknik serta penggunaannya. Ada berupa bentuk, jenis, bahan, dan penggunaan hiasan. Di lihat dari segi bentuk, ternyata ada yang menggunakan bentuk dua dimensional seperti: Hiasan pada tembok, kertas dan sebagainya Abstract The simplification of image for plants without leaving the specific characteristic of the plants on the image. The attempt of simplified the form is called changed or menstilir the types of the plantos on the image. To the sculture benefit, such as ganggeng leaves, waru leaves, the stems of plants which is propagate or spread called "lung". Beside that the flower of fruit are also changed. The plants carving becomes the main motive, which are stem and leaves are changed, twisted or curved therefore, it is called "lung" or "gelung". This is usual compeleted by some plant motives which is in the small size as the entries field around, which is changed from leaf buds and flower which is called "angkup". Sometimes the change of one flower bud which is blooming called "ceplok". Angkup represent the folded leaves or the leaves which is curled up. The basic form is ferns, as the flora, with arches of young leaves, ferns. Part of this is composed of stacks of Batun Poh (mango seed), ferns pieces, jengger siap (Combs chicken), ampas nangka (jackfruit pulp), kuping guling(pig ears), pepusuhan (young seed), and util (tail scorpion). Repetition of the reciprocal curve, or direction on the comers ornaments gegodeg roof of the building, can also be a floating pattern for wide areas, varied or combined with other patra-patra. It is the most widely of patra in use. In addition to its pure form as patra, patra generally complete all forms for kekarangan (patra of fauna species), the ornate dragon's tongue. Patra by fire, lions and ornaments complement. Viewed in terms of decoration etomologi, providing a complete picture is in need. A variety of styles and a variety of techniques and their use. There is a form, type, material, and the use of decoration. Viewed in terms of form, it turns out there are using two-dimensional shape such as decoration on walls, paper and so on Keywords: dominasi, Patra Punggel, Bangunan wadah/Bade KARYA ARSITEKTUR TANPA KEHADIRAN SEORANG ARSITEK PROFESIONAL Ida Ayu Dyah Maharani Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Tulisan ini merupakan deskripsi karya-karya arsitektur yang tercipta bukan dari pemikiran para arsitek profesional atau para arsitek yang telah sempat mengenyam pendidikan formal atau akademik tentang arsitektur (architecture without architects). Terutama dalam hal ini ingin diketahui apa saja di balik desain- desain bangunan ini sehingga dapat terwujud yang walaupun tanpa adanya arsitek profesional, namun karya-karya ini tetap memiliki citra dan guna bangunan, dan eksistensinya dari dulu hingga kini masih terjaga dengan baik, bahkan masih mentradisi. Tulisan ini dibatasi dengan membandingkan dua karya architecture without architects di Yunani yang mewakili karya arsitektur dari negara-negara barat, dengan dua karya architecture without architects yang terdapat di desa Pinggan - Bali dan Kampung Naga - Jawa Barat yang mewakili karya arsitektur dari Indonesia. Pembahasan pun dilakukan terbatas pada bangunan-bangunan beserta fasilitas-fasilitasnya yang terdapat pada sebuah permukiman. Dalam tulisan ini dilakukan pengamatan terhadap karya-karya arsitektur yang tercipta bukan dari pemikiran para arsitek profesional atau para arsitek yang telah sempat mengenyam pendidikan formal tentang arsitektur. Seperti telah diketahui bahwa terdapat tujuh jenis pendekatan yang dapat dilakukan dalam melakukan riset desain yaitu tipelogi, studi banding, historis, content analysis, antropology, material dan semiotik. Dalam tulisan ini menggunakan dua pendekatan yang ada. Pertama, dengan pendekatan studi banding antara dua karya architecture without architects di Yunani yang mewakili karya arsitektur dari negara-negara barat, dengan dua karya architecture without architects yang terdapat di desa Pinggan - Bali dan Kampung Naga - Jawa Barat yang mewakili karya arsitektur dari Indonesia. Kedua, dengan pendekatan antropiogy, yaitu dengan melihat dasar pemikiran, keyakinan dan latar belakang terciptanya desain bangunan tersebut Abstract This paper is a description of the architectural masterpieces that are created instead of thinking of a professional architect or architects who have had formal education or academic about architecture (architecture without architects). Especially in this case we want to know what behind these building designs that can be realized that even in the absence of a professional architect, but these works still have the images and to build, and the existence of the past until now still well preserved, even still in tradition. This paper is restricted to comparing the two works of architecture without architects in Greece representing the architecture of the western countries, with two works of architecture without architects dish located in the village - Kampung Bali and Naga - West Java, which represents the architecture of Indonesia. The discussion was limited on the buildings along its facilities located in a settlement. In this paper carried out observations on the works of architecture that is created instead of thinking of a professional architect or architects who have had formal education about architecture. As it is known that there are seven types of approaches that can be done in a research design that is tipelogi, comparative studies, historical, content analysis, anthropology, material and semiotic. In this paper using two existing approaches. First, the approach to comparative studies between the two works of architecture without architects in Greece representing the architecture of the western countries, with two works of architecture without architects dish located in the village - Kampung Bali and Naga - West Java, which represents the architecture of Indonesia. Secondly, with antroplogy approach, namely by looking at the rationale, background beliefs and the creation of the building design Keyword: Karya arsitektur, tradisi.dan arsitek RAGAM HIAS GEOMETRIS SEBAGAI PENYELARAS DALAM BENDAPAKAI I Made Sumantra Jurusan Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia Abstrak Ragam hias berfungsi sebagai penambah keindahan pada suatu benda, namun di balik itu ragam hias mempunyai fungsi multi demensi. Sebuah ragam hias tercipta banyak mengusung makna sesuai dengan orientasi penciptanya yang bertalian dengan motif, bentuk, serta fungsinya. Secara konstektual ragam hias mengandung muatan nilai-nilai estetis sebagai ekspresi seorang kriyawan untuk menambah artistik suatu benda atau untuk menemukan identitasnya dalam berkarya,dan secara tekstual ragam hias mengemban muatan filosofis Abstract Decoration serve as an addition to an object of beauty, but beside that it has a decorative multi-dimensional functions. A decoration created carries a lot of meaning according to its creators orientation related to the motive, form and function. Contextualy the decoration contains aesthetic values as an expression of artistic men to add an object or to find an identity in the work, and textualy content of philosophical ornaments Keywords: Ragam hias, kriyawan, dan benda pakai ENKULTURASI DAN MASALAH GENDER PADA INDUSTRI KAIN TENUN DI KELURAHAN SANGKAR AGUNG KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA Putu Sukardja Abstrak Masyarakat Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, sampai saat ini masih mempertahankan dan melestarikan pengetahuan dan keterampilan menenun. Proses enkulturasi yang berhubungan dengan aktivitas menenun masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu anak-anak perempuan belajar dari ibunya atau dari kerabat lainnya yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menenun. Proses enkulturasi menimbulkan beberapa bentuk perubahan yang berkaitan dengan masalah gender seperti terbentuknya ruang publik bagi perempuan, terjadinya pembagian kerja laki-Iaki dan perempuan Menenun mempunyai dampak dan rnakna yang dapat menggeser beberapa nilai dalam kehidupan masyarakat di kelurahan Sangkaragung. Dinamika sosial budaya dalam konteks gender menimbulkan berbagai konskuensi terhadap perempuan bekerja. Keterikatan kultural juga mempengaruhi ideologi gender di kelurahan Sangkarang. Nilai-nilai patriarki masih berpengaruh sangat kuat terhadap gagasan makna dan praktik sosial yang berhubungan dengan gender. Jdeologi gender yang terwujud dalam bentuk nilai-nilai seharusnya dipergunakan untuk membentuk kondisi-kondisi nyata dalam kehidupan sehingga menghasilkan pengertian dan pengetahuan, tetapi justru difungsikan untuk menyembunyikan berbagai kontradiksi atau ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat terse but Abstract Sangkaragung Village Community, Negara district, Jembrana regency, is still maintaining and preserving the knowledge and skills of weaving. Enculturation process associated with the activity of weaving is still done the traditional way girls learn from their mothers or other relatives who have the knowledge and skills of weaving. Enculturation process poses some form of change related to gender issues such as the formation of public space for women, the division of labor of men and women weaving having an impact and meaning that could shift some of the values in public life in the village Sangkaragung. Socio- cultural dynamics within the context of gender cause many konskuensi against women working. Cultural attachment also affect gender ideology in the village Sangkarang. Patriarchal values still have a powerful influence on the notion of meaning and social practices related to gender. Gender ideology embodied in the values should be used to establish the real conditions of life so as to produce understanding and knowledge, but rather functioned to conceal contradictions or gaps that occur in the community. Keywords: gender, cultural studies.and enkulturasi. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHISEMAKIN BERKURANGNYA PENGRAJIN PATUNG DI DESA SINGAPADU I Ketut Muryana Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia Abstrak Penelitian ini dikhususkan pada masalah patung yang berbahan dasar kayu di des a Singapadu. Jenis patung yang dibuat di desa Singapadu yaitu patung anoman, petani, nelayan, rama sita, budha, yes us, dan sebagainya. Menjelang tahun 1980-an pemasaran patung mulai mengalami suatu kelesuan, karena para pengusaha patung dan pengrajin patung mengalami kesulitan untuk menjual patungnya. Lesunya pasaran patung juga disebabkan karena pengiriman ke luar negeri tidak lancar. Semakin berkurangnya pengrajin patung di desa Singapadu, di samping disebabkan oleh pasaran patung yang lesu, juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Dari uraian dalam penelitian ini, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: pertama, semakin berkurangnya pengrajin patung di desa Singapadu yang disebabkan oleh pasaran patung yang lesu. Kedua, disebabkan tidak adanya pengusaha yang menampung basil karya patung. Ketiga, proses pembuatan memakan waktu lama. Keempat, para pengrajin didesak dengan tuntutan ekonomi yang semakin sulit Kata kunci: Patung dan Faktor pengaruh.

Item Type: Article
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Publication Unit > Journal > Prabangkara Journal
Depositing User: Mrs Dwi Gunawati
Date Deposited: 28 Jan 2016 03:27
Last Modified: 28 Jan 2016 03:27
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/2198

Actions (login required)

View Item View Item