I Nyoman , Suardina
(2014)
PENCIPTAAN SENI KEPALSUAN.
Documentation.
ISI Denpasar.
Abstract
Hubungan alamiah antara lebah madu dengan hutan belantara sangat erat, lebah madu berperan dalam siklus tumbuh-kembang pepohonan (vegetasi) hutan, sedangkan hutan adalah tempat hidup lebah madu untuk mencari makan dan membuat sarang. Tata hubungan ini merupakan salah satu kunci dari keseimbangan alam/ekosistem, yang dapat dipandang sebagai sebuah keindahan dalam kehidupan. Gagasan penciptaan terbentuk ketika dirasakan terjadi hubungan yang tidak harmonis antara manusia dengan hutan dan lebah madu. Perilaku manusia yang dapat dikatagorikan merusak alam, yakni menebang dan membakar hutan (deforestasi) dengan berbagai cara/ trik yang tidak didasari pertimbangan kelestarian. Perilaku tersebut menyebabkan kondisi hutan semakin kritis, yang ditunjukkan dengan luas tutupan hutan yang makin berkurang dari waktu ke waktu. Dampak langsung dari kerusakan hutan adalah terganggunya tata hubungan alamiah keanekaragaman hayati (biodiversitas) dalam kawasan hutan, salah satunya adalah kehidupan lebah madu hutan.
Fenomena ini memunculkan gagasan untuk menciptakan karya kriya seni dengan pendekatan pada bentuk hubungan makhluk hidup. Pendekatan ini sejalan dengan pendapat Langer, yang menyatakan bahwa hanya dengan mencari bentuk metafora tentang makhluk hidup, setiap seniman menemukan kehidupan, vitalitas atau sesuatu yang hidup di dalam sebuah karya seni yang baik, dan itu adalah roh karya seni. Karya Kepalsuan diciptakan atas fenomena kekinian yang terjadi di masyarakat, di mana manusia kerap „berkamoplase dengan kepalsuan perilaku‟ guna memperjuangkan diri, martabat, dan kepentingan pribadi atau kelompok untuk menguasai hutan. Atas dasar itu, timbul keinginan utuk mengekspresikan fenomena tersebut melalui penciptaan karya Kriya Seni berjudul Kepalsuan. Temuan terpenting dalam proses penciptaan ini, (1) Konsep bentuk karya kriya seni yang terinspirasi dari hubungan perilaku manusia, hutan, dan lebah madu; (2) Bentuk figur/objek yang unik yang dihasilkan dari eksplorasi mendalam dari hubungan tersebut. (3) Eksplorasi ini telah berhasil mewujudkan sebuah bentuk karya kriya seni yang diberi judul: “Kepalsuan”.
Karya Kriya Seni dengan judul “Kepalsuan” dibuat dalam rangka memenuhi undangan pameran bersama dari Ciputra Artpreneur Jakarta. Pameran ini diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Seni Rupa Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dengan tema “Wood & Good: Kriya Kayu Kontemporer Indonesia”.
Konsep penciptaan karya kriya seni ini menggunakan metode penciptaan Multi Kanal: Observasi, Bisosiatif, Eksekusi. Metode penciptaan ini dirancang untuk mewadahi model penciptaan seni yang berbasis observasi/ penelitian. Prosedur yang menjadi titik berat dari metode ini selain data empiris yang diperoleh dari pengumpulan data adalah identifikasi objek dan kemampuan bisosiatif dari seniman. Inteleksi inilah yang sanggup membangun metafora ataupun motif dari sebuah karya kriya seni.
Kata-kata kunci: Hutan, Lebah Madu, Perilaku Manusia, Kriya Seni.
Actions (login required)
|
View Item |