ISI Denpasar | Institutional Repository

Artikel Karya Seni Wayang Ental

I Gusti Made, Darma Putra (2016) Artikel Karya Seni Wayang Ental. Documentation. ISI Denpasar.

[img]
Preview
PDF (Aerikel Karya Seni Wayang Ental) - Cover Image
Download (107kB) | Preview

Abstract

Pengalaman pribadi merupakan salah satu modal dasar yang sangat penting dalam menggarap sebuah karya seni, baik tari, karawitan maupun pedalangan. Tanpa didasari pengalaman yang pernah dialami secara langsung, Ketika penggarap melewati jalan raya kesiman pada saat piodalan di Pura Pangrebongan, terlihat barisan penjor yang dihiasi dengan janur berbahan ental berjajar sepanjang jalan. Keunikan ental yang mampu diolah dan dijadikan rajutan janur pada penjor-penjor tersebut dibuat sedemikian rupa, ental mampu dibentuk beraneka ragam seperti bunga teratai besar, angsa, bahkan menyerupai manusia, namun masih berbentuk abstrak. Selain sebagai hiasan penjor, ental juga bisa diolah sebagai kostum untuk sebuah pertunjukan tari seperti yang sering dilakukan oleh Komunitas Pancer Langit Kapal, mereka sering memakai ental sebagai bahan kostum yang pada saat ini sedang menjadi sebuah inovasi baru di dunia seni tari. pada proses penciptaan seni Pedalangan ini memakai teori menurut Alma M. Hawkins, yang terdiri dari eksplorasi (exploration), improvisasi (improvisation), dan pembentukan (forming). Pada bagian (Opening) Dimulai dari kegelisahan Mpu Tantular terhadap ego manusia yang mengepentingkan dirinya sendiri tanpa menghiraukan orang lain dan tidak adanya keharmonisan dalam agama di persimpangan zaman. Mpu Tantular membuat sindirannya yang dituangkan dalam goresan diatas daun ental berupa kakawin yang disebut dengan Purusadhasanta atau yang lebih dikenal dengan nama kitab Sutasoma, selanjutnya Mpu Tantular menceritakan kisah Sutasoma tersebut. (Isi Cerita) Sutasoma bertemu dengan Gajah Waktra hingga bertemunya Sutasoma dengan Dasabahu memintanya kembali pulang ke Hastina untuk menikahi adiknya yang bernama bernama Diah Candrawati. (Klimaks Cerita) Peperangan Dasabahu dan Purusada yang menggunakan teknik Wayang Tradisi, hingga Sutasoma bersedia menjadi tumbal Bhatara Kala yang berubah menjadi naga besar untuk melahap Sutasoma. (Ending) Mpu Tantular keluar sambil menyanyikan kakawinSutasoma bagian akhir yang diakhiri dengan kata-kata “bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” Kata Kunci: pengalaman, kemampuan dan penciptaan.

Item Type: Monograph (Documentation)
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Faculty > Performing Arts Faculty > Puppetry Department
Depositing User: Mrs Dwi Gunawati
Date Deposited: 20 Feb 2017 06:56
Last Modified: 20 Feb 2017 06:56
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/2378

Actions (login required)

View Item View Item