ISI Denpasar | Institutional Repository

TABUH DUA SETENGAH SIKUT ANYAR

I Ketut , Pany Ryandhi and I Nyoman, Kariasa and I Gde Made , Indra Sadguna (2017) TABUH DUA SETENGAH SIKUT ANYAR. Documentation. ISI Denpasar.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Lelambatan adalah salah satu bentuk komposisi musik Bali (Karawitan Bali) yang telah mengalami transformasi baik secara fisik maupun non-fisik. Disadari atau tidak, kreatifitas merupakan indikator penting dalam memaknai perkembangan serta perjalanan komposisi musik Bali. Laku kreatif para seniman telah merambah ke segala bentuk komposisi musik baru, baik itu menamainya dengan sebuah identitas ataupun merupakan konsep musikal belaka. Tabuh dua setengah “Sikut Anyar” merupakan sebuah tawaran baru dalam memaknai konsep lelambatan secara sadar. Komposisi “Sikut Anyar” memberikan paradigma baru dalam mengidentifikasi sebuah sistem yang terorganisir dalam partitur sebuah lelambatan dan diejawantahkan dalam sebuah label ataupun identitas. Label dan identitas dalam konteks komposisi sangatlah penting untuk mengenali, mengidentifikasi serta membahasakannya secara faktual. Kebiasaan yang telah mengkristal menjadi sebuah hukum (aturan) jika didiamkan begitu saja justru akan merancukan formula-formula yang sebenarnya cukup fleksibel. Komposisi lelambatan di Bali sesungguhnya cukup fleksibel, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai bentuk lelambatan seperti tabuh pisan, tabuh dua, tabuh telu, tabuh pat, tabuh lima dan sebagainya. Sekitar tahun 1930-an, Made Regog seorang komposer dari Belaluan mentransformasikan lelambatan ke dalam gamelan Gong Kebyar yang secara langsung berimplikasi pada pengembangan teknik permainan, dinamika, tempo dan lain sebagainya. Masihkah berbicara masalah konserfatif ? Konserfatif sangatlah perlu, namun ia akan menjadi “boomerang” jika dilandasi dengan rasa takut yang berlebihan tanpa diikuti oleh landasan yang kuat. Sikut Anyar adalah tawarannya, menurut penulis komposisi ini sungguhlah konservatif, karena memuat roh lelambatan secara holistik serta dikemas dalam wujud baru dan bentuk yang berbeda tanpa mengurangi esensi lelambatan secara musikalitas. Komposisi ini diungkapkan melalui gamelan Gong Kebyar dengan jumlah 36 orang musisi (pendukung). Kata kunci : tabuh, lelambatan, kreasi, Sikut Anyar. Abstract Lelambatan is one of Balinese instrumental composition forms wich has phsycally and non-phsycally been transformed. It is realized that creativity is an important indicator to define the development and journey of Balinese instrumental composition itself. The creativity of Balinese artists has gone far into various forms of composition, of wich they labeled them as either an identity or just a musical concept. Tabuh Dua Setengah “Sikut Anyar” is a new enticement in interpreting lelambatan in a conscious way. The composition of “Sikut Anyar” provides a new paradigm in identifying an organized system within lelambatan partitur which is embodied in a label and identity. Both label and identity within a context of composition is extremely essential to recognize, identify and specify factually. Cristalized custom shifts into law (rules), in which if it is ignored, it will turn into an ambiguous formula wich is originally very flexible. The composition of lelambatan in Bali is actually very flexible. It can clearly be proved by the emergence of various types of lelambatan such as tabuh pisa, tabuh dua, tabuh telu, tabuh pat, tabuh lima, etc. During 1930s, Made Regog, a composer who was originally from Belaluan, transformed lelambatan into gamelan Gong Kebyar which directly imply as well as affect the development of techinc, dynamics, tempo and etc. should we still talk about conservation? Conservation is indeed required, yet it could become a suicide if it is based on excessive fear, and not a firm foundation. Sikut Anyar is enticement. The writer believes tah this composition is sufficiently conservative due to the inclusion of the spirit of lelambatan holistically. It is also differently composed without putting aside the essence of lelambatan in perspective of musicality. This composition is expressed through gamelan Gong Kebyar played by 35 musicians. Keywords : Tabuh, lelambatan, Kreasi, Sikut Anyar.

Item Type: Monograph (Documentation)
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Faculty > Performing Arts Faculty > Karawitan Department
Depositing User: Mrs Dwi Gunawati
Date Deposited: 08 Nov 2017 06:06
Last Modified: 08 Nov 2017 06:06
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/2503

Actions (login required)

View Item View Item