I Gede, Mugi Raharja and I Made Pande, Artadi and IA Dyah, Maharani
(2013)
LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL DEKONSTRUKSI DAN REKONSTRUKSI KULTURAL KARYA DESAIN PERTAMANAN TRADISIONAL BALI REPRESENTASI CHAOS MENUJU ORDER.
[Experiment]
Preview |
|
Image (PNG) (LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL DEKONSTRUKSI DAN REKONSTRUKSI KULTURAL KARYA DESAIN PERTAMANAN TRADISIONAL BALI REPRESENTASI CHAOS MENUJU ORDER)
- Cover Image
Download (146kB)
| Preview
|
Abstract
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras dan agama/ kepercayaan, serta adanya kesenjangan ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin, menyebabkan peluang untuk terjadinya konflik dan kekerasan sangat terbuka lebar. Untuk mengantisipasi hal itu, Indonesia memerlukan pendekatan holistik terhadap ―budaya kekerasan‖. Dalam hal ini, peranan pendidikan moral dan spiritual (humaniora) menjadi sangat penting untuk menanggulangi berkembangnya kekerasan di Indonesia. Budaya tradisi Indonesia, khususnya di Bali, sebenarnya memiliki cara pendidikan humaniora menyangkut moral dan spiritual melalui media kesenian, seperti lewat seni pertunjukan wayang atau lewat media lukisan seperti yang ada di Bale Kertha Gosa, Smarapura (Klungkung). Akan tetapi, pendidikan humaniora melalui kegiatan apresiasi atau pemahaman nilai-nilai moral dan spiritual melalui karya tesain taman, belum dimanfaatkan secara maksimal.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan kajian budaya, melalui teori dekonstruksi. Kajian budaya memanfaatkan dekonstruksi untuk mengungkap instabilitas makna. Teori dekonstruksi digunakan untuk membongkar ―jejak-jejak‖ peristiwa chaos dan makna-makna yang tersebunyi di balik wujud desain taman. Teori rekonstruksi digunakan untuk mengetahui bagaimana dapat diciptakannya ketentraman dan kedamaian (order) di Bali, sampai diwujudkannya sebuah karya desain taman pada masa kerajaan Bali kuno. Objek penelitiannya adalah Taman Permandian Tirta Empul dan Taman Percandian Gunung Kawi yang ada di desa Tampaksiring, Gianyar.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, karya-karya desain pertamanan peninggalan kerajaan Bali kuno, di balik perwujudannya menyimpan wacana peristiwa kekacauan (chaos). Peristiwa chaos muncul akibat pertentangan antar sekte keagamaan dan adanya mitos tentang Mayadanawa. Pada masa pemerintahan Raja Udayana, pertentangan antar sekte keagamaan tersebut menyebabkan dilakukannya penataan kehidupan sosial, budaya dan religi, yang antara lain menyangkut sinkritisme agama Hindu-Buddha. Hal inilah menyebabkan penduduk Bali menjadi bersifat sosial religius, sehingga tercipta ketentraman dan kedamaian (order).
Penelitian ini dapat memberi kontribusi positip bagi bangsa Indonesia, bahwa pendidikan humaniora dapat dilakukan melalui media desain taman peninggalan purbakala, yang memiliki nilai-nilai luhur. Dalam jangka panjang, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan budaya bangsa, agar tumbuh kesadaran untuk meninggalkan budaya kekerasan, sehingga ketentraman dan kedamaian tetap terjaga.
Actions (login required)
|
View Item |