ISI Denpasar | Institutional Repository

MAKALAH SEMINAR REKONTEKSTUALISASI KEUNGGULAN LOKAL TAMAN PENINGGALAN KERAJAAN-KERAJAAN DI BALI PADA ERA GLOBALISASI (Tahun ke-2/ 2012)

I Gede, Mugi Raharja and I Made Pande, Artadi and IA Dyah, Maharani (2012) MAKALAH SEMINAR REKONTEKSTUALISASI KEUNGGULAN LOKAL TAMAN PENINGGALAN KERAJAAN-KERAJAAN DI BALI PADA ERA GLOBALISASI (Tahun ke-2/ 2012). [Experiment]

[img]
Preview
Image (PNG) (MAKALAH SEMINAR REKONTEKSTUALISASI KEUNGGULAN LOKAL TAMAN PENINGGALAN KERAJAAN-KERAJAAN DI BALI PADA ERA GLOBALISASI (Tahun ke-2/ 2012)) - Cover Image
Download (97kB) | Preview

Abstract

Salah satu keunggulan lokal Bali yang bisa diaktualisasikan dalam konteks global adalah desain taman tradisionalnya. Bali cukup banyak memiliki desain pertamanan yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan, baik yang berasal dari era Bali Kuna maupun yang berasal dari era Bali Madya (setelah pengaruh Majapahit). Taman tradisional Bali menurut Salain (1996: 34), sangat erat kaitannya dengan arsitektur tradisional Bali. Perencanaan dan perancangan arsitekturnya sekaligus melahirkan taman (ruang luar), yang terbentuk akibat peletakan massa- massa bangunannya dan fungsinya untuk tempat bersenang-senang (rekreasi/lilacita). Pertamanan yang juga disebut dengan istilah arsitektur pertamanan, merupakan pendekatan dari pengertian landscape architecture. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Frederick Law Olmsted pada 1858, saat merancang Taman Kota New York (Onggodiputro, 1985: vi). Saat itu Law Olmsted dan Calvert Vaux memenangkan sayembara perancangan taman kota New York dengan konsep Greenward. Di Indonesia, istilah landscape architecture ini disebut dengan arsitektur lansekap, arsitektur pertamanan (desain pertamanan), yang berkaitan dengan perencanaan ruang luar (desain eksterior). Fungsi pertamanan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas akan tempat hiburan, tempat untuk melepaskan lelah dari ketegangan- ketegangan pikiran setelah bekerja secara terus-menerus (Ashihara, 1974: 3). Desain taman tradisional Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai keunggulan lokal di bidang desain pertamanan, untuk pengkayaan desain etnik Nusantara melalui kreativitas dan inovasi kultural, sehingga diperoleh makna baru tanpa merusak nilai-nilai esensialnya. Agar dapat menghasilkan keunggulan lokal di bidang pertamanan, konsep dan filosofi taman tradisional Bali dapat di-reinterpretasi, sehingga diperoleh makna baru tanpa merusak nilai-nilai esensialnya. Tak tertutup kemungkinan adanya konsep pelintasan estetik, untuk memperkaya desain taman dengan mempertemukan dua budaya. Melalui proses pertemuan antar budaya yang selektif dan tidak mengorbankan nilai serta identitas budaya lokal, maka akan bisa diperoleh suatu konsep desain yang baru dan khas. Melalui keterbukaan kritis, sikap menerima budaya luar yang positif dan menyaring yang negatif, budaya lokal tidak akan rusak.

Item Type: Experiment
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Faculty > Fine Arts and Design Faculty > Interior Design Department
Depositing User: Mrs Dwi Gunawati
Date Deposited: 08 Mar 2018 07:42
Last Modified: 08 Mar 2018 07:42
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/2606

Actions (login required)

View Item View Item