I Gede, Mugi Raharja
(2015)
SEKAR JAGAT BALI JILID II IDA BAGUS JELANTIK PURWA Pencetus Lukisan Prasi di Sidemen Karangasem IDA BAGUS MADE TOGOG Tokoh Pelukis Gaya Batuan IDA BAGUS MADE WIDJA Melukis Presiden di Tengah Gaya Batuan.
[Experiment]
Preview |
|
Image (PNG) (SEKAR JAGAT BALI JILID II IDA BAGUS JELANTIK PURWA Pencetus Lukisan Prasi di Sidemen Karangasem IDA BAGUS MADE TOGOG Tokoh Pelukis Gaya Batuan IDA BAGUS MADE WIDJA Melukis Presiden di Tengah Gaya Batuan)
- Cover Image
Download (823kB)
| Preview
|
Abstract
IDA BAGUS JELANTIK PURWA
Pencetus Lukisan Prasi di Sidemen Karangasem
Oleh I Gede Mugi Raharja
Abstrak
I.B. Jelantik Purwa kelahiran 1952, merupakan tokoh seniman yang menjadi pencetus lukisan prasi. Seni lukis prasi adalah karya lukisan yang dibuat di atas lembaran-lebaran daun lontar, kemudian disusun menjadi satu kesatuan layaknya selembar kain kanvas. Jelantik Purwa tinggal di Geria Ulah, Banjar Abian Kangin Sukaton, desa Sidemen Kabupaten Karangasem, sebuah desa yang berada di kawasan pegunungan. Desa ini lebih mudah dicari dari desa Satria dan Paksebali, yang ada di timur Sungai Unda, Klungkung. Leluhur Jelantik Purwa, berasal dari desa Kamasan, yang sudah terkenal sebagai desa seniman pada masa Kerajaan Gelgel. Jelantik Purwa mengembangkan seni lukis prasi bersama saudara-saudaranya, kemudian memasarkannya ke luar desa Sidemen, sehingga seni lukis prasi kemudian dikenal di seluruh Bali. Tak ada yang mengajarinya melukis prasi. Bakat menoreh daun lontar dengan pisau khusus, pengrupak, sudah diwarisi dari ayahnya, Ida Bagus Made Oka, yang terampil menulis di atas daun lontar. Kisah-kisah tentang tokoh-tokoh pewayangan yang sering diceriterakan oleh ayahnya, kemudian divisualkan dalam bentuk goresan di atas tanah atau gambar pada selembar kertas. Pada usia 12 tahun, Jelantik Purwa mulai serius mencoba melukis di atas daun lontar bersama saudaranya, yang kemudian disebut sebagai seni lukis prasi. Pada dekade 1960-an telah berhasil membuat karya lukisan prasi. Upaya memasarkan hasil karya pun mulai dilakukan, di wilayah desanya sendiri dan juga mencoba memasarkan ke toko seni (artshop) di Klungkung. Selanjutnya, pada 1968 mulai dilakukan pemasaran ke desa Tenganan (Karangasem). Pemasaran ke desa wisata Ubud, juga pernah dilakukan pada 1975. Pasang surut pemasaran karya seni lukis pun sering dihadapi. Setelah dilakukan pembinaan oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar, didukung instansi terkait, kini telah dibentuk kelompok pekerja seni prasi, Asta Karya.
Kata Kunci: Pencetus, Lontar, Kamasan, Pasang-surut, Asta Karya.
IDA BAGUS MADE TOGOG
Tokoh Pelukis Gaya Batuan
Oleh I Gede Mugi Raharja
Abstrak
Ida Bagus Made Togog adalah tokoh seniman lukis dari desa Batuan, yang muncul pada 1930-an, tetapi belajar melukis sendiri. Togog punya andil dalam pengembangan gaya lukisan khas desa Batuan. Kekhasan seni lukis gaya Batuan terletak pada ciri perspektif yang sederhana. Objek yang dekat dengan mata divisualisasikan pada bagian bawah bidang lukis, kemudian objek yang makin jauh dari mata divisualisasikan bersusun ke atas bidang lukis, sehingga perspektifnya kelihatan tersusun dari bawah ke atas. Warna-warna yang digunakan tidak menyolok, kebanyakan hitam dan putih. Garis-garis pada lukisan terlihat jelas dan mendetail. Rudolf Bonnet pernah menyarankan kepadanya agar membuat ilustrasi yang bersumber dari buku-buku lontar, kemudian melukisnya pada lembaran kertas yang besar. Berkat saran dari Bonnet dan Walter Spies, Togog kemudian menemukan jati diri, dan mampu mengembangkan lukisan dengan gaya khas, hasil inetpretasi dari teks pada lontar yang bersumber dari ceritera Mahabharata. Kekhasan lukisan Togog kini dilanjutkan oleh putra ke-4, Ida Bagus Ketut Panda. Akan tetapi, gayanya sedikit berbeda dengan cara mewarna sang ayah. Menurut Panda, kalau ayahnya mewarnai lukisan sampai empat lapis dan sangat detail, tetapi Panda mengembangkan gaya sang ayah sesuai dengan kemampuannya.
Kata Kunci: Perspektif, Hitam-putih, Garis jelas, Lontar, Mahabharata.
IDA BAGUS MADE WIDJA
Melukis Presiden di Tengah Gaya Batuan
Oleh I Gede Mugi Raharja
Abstrak
Pelukis Ida Bagus Made Widja pada mulanya tidak dikenal sebagai pelukis. Pria kelahiran 1922 dari desa Batuan ini, awalnya bertani dan kadang-kadang sebagai tukang bangunan. Dia juga sering berjualan daun sirih untuk upacara, berjualan cabai ke pasar Badung di Denpasar, dan berjualan kayu bakar ke desa Ketewel, Sukawati. Sarana transportasiya adalah cikar, kereta yang ditarik kuda. Akibat kurang istirahat setelah berjualan, akhirnya Widja jatuh sakit dan tidak ingin berjualan lagi. Widja akhirya tertarik untuk mengikuti jejak pelukis I B. M. Togog untuk melukis dan mulai melukis pada 1933. Saat melukis, sering dibatu I Nyoman Patera, yang sekaligus membantu pendanaan dan membantu menjualkan lukisannya. Bakat melukis Widja rupaya menurun dari kakeknya, Ida Bagus Kompyang Sana. Widja kemudian juga menjadi ahli dalam hal menatah wayang kulit dan wariga, pengetahuan tradisional untuk menentukan baik-buruknya hari untuk melakukan kegiatan berdasarkan astronomi. Menurut beberapa pengamat seni, saat melukis Widja dinilai sangat teliti dan rapi, serta tidak pernah tergesa-gesa. Garis kontur karyanya lembut, penuh keyakinan dan sangat tajam. Baginya, lukisan adalah kehidupannya yang sangat pribadi. Setelah bergaul dengan R. Bonnet dan W. Spies,Widja yang semula membuat lukisan dengan bayangan hitam berlapis, kemudian mulai mengikuti tren melukis dengan warna. Untuk meredam kekesalan Presiden Sukarno yang tertarik dengan lukisannya yang dibeli oleh Spies, maka Widja kemudian membuat lukisan khusus untuk Prsiden Sukarno. Ia diminta melukiskan suasana penyambutan rakyat Bali terhadap kunjungan Presiden Sukarno ke Bali, dengan gaya lukis khas dari desa Batuan.
Kata Kunci: Bertani, Sakit, Melukis, Kakek, Presiden.
Actions (login required)
|
View Item |