I Ketut, Sudhana RAMA SITA PRANA BHUWANA. Documentation. ISI Denpasar, Denpasar, Bali.
PDF (RAMA SITA PRANA BHUWANA)
Download (1MB) |
Abstract
Raja agung Rahwana yang ditakuti para dewa khayangan menugaskan Wibisana menjaga istrinya Dewi Tari selama melakukan tapa di Gunung Gokarna, dan mengawasi akan kelahiran bayinya. Bila lahir anak laki-Iakl pertanda kemasyuran Alengka dan sebaliknya bila lahir anak perempuan pertanda keruntuhan negara yang mereka cintai. Mendung memayungi bumi, hujan membasahi persada Alengka, lahirlah dewi kesuburan di bumi putra Wisrawa. Karena teringat dengan pesan Rahwana, maka Wibisana menggantikan Dewi Sita dengan Meganada yakni putra yang diciptanya dari gumpalan awan pekat dengan wajah menakutkan serta kulit berwarna langit biru. Dalam kebingungan menyelamatkan Dewi Sita dari kebengisan Raja Rahwana, muncullah Dewi Pertiwi mengambil Dewi Sita dari tangan Wibisana dan membawanya ke bumi Matila Di kerajaan Matila dengan rajanya Prabhu Jenaka sebuah negara yang subur yang dibangun dari hasil pertanian. Saat raja Jenaka menggarap sawah tiba-tiba alat bajaknya tertahan oleh sebuah Gandewa Siwa sebagai hadiah Dewa Waruna atas kasihnya pada bumi sebagai nafas setiap ciptaan Tuhan di bumi Matila. Bersamaan dengan dlternuinya Gandewa terdengar pula jerit tangis seorang bayi perempuan di sema-semak d~kat persawahan. Dengan suka cita Prabhu Jenaka memungutnya dan mengangkatnya sebagai putri. Hari-hari telah lewat tahun berganti tahun Dewi Sita telah dewasa. Raja Jenaka bersedih karena saat berpisah dengan putri kesayangannya telah dekat. Raja Jenaka menyelenggarakan sayembara untuk mencari pangeran sebagai pasangan putrinya Hari sayembara telah tiba para raja di belahan Jambuwarsa pada berdatangan, tidak ketinggalan Pangeran Ayodya Sri Rama berserta adiknya Laksmana dengan didampingi Rsi Wiswamitra ikut mengadu kedigjayaan. Langit dan bumi tidak dapat dipisahkan Rama dan Sitapun bersatu. Mendengar kemenangan putranya, Raja Dasarata datang didampingi oleh Rsi Wasista dengan beberapa patih serta prajurit menjemput Rama dengan Sita. Upacara pernikahan telah selesai, Rsi Wiswamitra mohon diri meninggalkan Rama kembali kepertapaan. Rombongan Raja Dasarata beserta Putra dan menantu kesayangannya meninggalkan Matila. Ramaprasu seorang Rsi yang penuh dendam terhadap para kesatria sebagai pembunuh ayahnya Rsi Jemandagni, tidak henti-hentinya memburu para kesatria dibelahan dunia. Mendengar Rama Putra Dasarata mematahkan Gandewa Raja Jenaka sebagai pasangan dari senjata Bargawanya, Ramaprasu menghadang kedatangan rombongan Rama. Dasarata terkejut kehadiran Ramaprasu menggoncangkan bumi dan mematahkan pepohonan. Dengan Singanada Ramaprasu menjerit menantang Rama mengadu kanuragan. Raja Dasarata memeluk kaki sang Rsi untuk memohonkan maaf putranya, namun atas bisikan Wasista, Ramapun bangkit dan berhasil menundukkan kesombongan Rsi Ramabergawa. Bargawa menghormat dan menghargai Rama sebagai titisan Wisnu dan menyarankan agar Rama menjaga Sita dengan baik sebagai perwujudan dewi bumi pembawa kesuburan. "Seorang pemimpin besar akan runtuh wibawanya serta hancur negaranya apabila berani mencemari kesucian Dewi Sita", seru Rsi Bergawa. Akhirnya Rsi Ramabargawa mohon diri dan kembali ke Gunung Mahendra.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NX Arts in general |
Divisions: | Faculty > Performing Arts Faculty > fsp |
Depositing User: | Jaya Semadi I Gst Ngurah |
Date Deposited: | 25 Feb 2020 03:01 |
Last Modified: | 25 Feb 2020 03:01 |
URI: | http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/3654 |
Actions (login required)
View Item |