ISI Denpasar | Institutional Repository

BUKU: Tari Kontemporer Dalam Pesta Kesenian Bali: Antara Eksistensi, Hegemoni dan Marginalisasi

I Nyoman, Cerita (2020) BUKU: Tari Kontemporer Dalam Pesta Kesenian Bali: Antara Eksistensi, Hegemoni dan Marginalisasi. JAPA (PT. Japa Widya Duta), Denpasar, Bali. ISBN 978-623-95430-1-3

[img] PDF (BUKU: Tari Kontemporer Dalam Pesta Kesenian Bali: Antara Eksistensi, Hegemoni dan Marginalisasi)
Download (853kB)

Abstract

KATA PENGANTAR Oleh: Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. Buku ini lahir dari sebuah penelitian yang sudah barang tentu dilandasi metodelogi dan dianalisis dengan teori-teori kritis kajian budaya yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan akademis. Dalam proses transformasi ke dalam bentuk buku referensi sudah dipastikan mengikuti format, baik dari sistematika penulisan, bentuk, gaya, dan isinya mengikuti format buku dalam bahasa yang lebih populer dengan menggunakan judul “Tari Kontemporer Dalam Pesta Kesenian Bali: Antara Eksistensi, Hegemoni dan Marginalisasi” Sebagai karya tulis yang berpradigma kajian budaya, buku ini menekankan pada problematika teoretis dan praktis yang menyangkut permasalahan marginalisasi tari kontemporer di dalam program pertunjukan Pesta Kesenian Bali (PKB). Secara teoretis tari kontemporer merupakan karya tari kekinian yang berkiblat budaya global dan lahir dalam zaman kontemporer semestinya dapat diterima di dalam program PKB, karena sesuai dengan preferensi atau selera masyarakat masa kini. Akan tetapi secara praktis mengalami marginalisasi atau berbeda dengan realitas. Berangkat dari permasalahan tersebut terdapat tiga pembahasan penting di dalamya, yaitu: pertama, latar belakang marginalisasi tari kontemporer dalam PKB yang diawali dengan polemik dan kritik pedas sebagai awal kemunculan tari kontemporer di Bali. Wacana-wacana dekonstruktif dan berbagai issu yang bersifat asumtif, skeptis, dan apriori bahkan dikonotasikan ke dalam hal-hal yang negatif, membuat tari kontemporer mengalami konflik sosial akumulatif di kalangan masyarakat tradisional. Hal itu disebabkan tari kontemporer merupakan karya tari baru yang kuat dengan prinsip-prinsip kebebasan dan pembaharuan berkreativitas. Dalam perspektif seniman kontemporer, tari tradisional adalah seni yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip formalisme, yaitu terikat kuat dengan norma-norma tradisi sehingga menjadi statis dan stagnan dalam pembaharuan. Namun apabila dikonfrontasikan dengan kekuatan nilai-nilai tradisi yang dijiwai oleh agama Hindu di Bali membuat tari kontemporer terhegemoni dari kekuatan dominan tari-tari tradisional. Dalam hal ini tari kontemporer dianggap mendobrak dan merusak nilai-nilai/norma-norma budaya lokal Bali. Persoalan inilah yang menjadi latar belakang marginalisasi tari kontemporer dalam PKB. Kedua, membahas secara teliti dan detil tentang bentukbentuk marginalisasi tari kontemporer dalam PKB yang menyangkut masalah pengaruh hegemoni dan kuasa nilai-nilai budaya dominan (tari tradisional), birokrasi pemerintah dalam pelaksanaan PKB yang secara implisit dan eksplisit diaplikasikan melalui visi dan misi PKB, tema, kurator, panitia, sistem pagelaran, kriteria dan unsur lainnya. Ketiga, implikasi dan makna marginalisasi tari kontemporer dalam PKB baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sosial dan budaya di dalam masyarakat Bali. Dari aspek sosial berdampak terkikisnya komunitas-komunitas tari kontemporer di Bali. Minimnya perhatian masyarakat terhadap makna tari kontemporer terutama masyarakat tradisional. Munculnya berbagai wacana dan diskursus dekonstruktif membuat eksistensi tari kontemporer menjadi stigma dan trauma untuk berkembang. Dalam aspek budaya, berdampak lambatnya daya kreativitas eksplorasi dan inovasi di dalam perkembangan seni pertunjukan di Bali. Terjadinya alienasi kultural terhadap seniman-seniman tari kontemporer di Bali akibat desakan hegemoni budaya dominan yaitu budaya lokal Bali. Pelaksanaan PKB masih dirasakan monoton dan statis yang berdampak terhadap lambatnya di dalam mencapai puncakpuncak mosaik perkembangan budaya nasional yang maksimal, disebabkan oleh keterbelengguan budaya formalis. Berdampak menurunnya makna dan status budaya Bali yang semula bersifat luwes, fleksibel, dan terbuka terhadap budaya dalam bentuk akulturasi dan inkulturasi dalam bingkai multikulturalisme. Namun menjadi kaku dan tertutup terutama dalam pelaksanaan PKB. Bagaimana persoalan tersebut dibahas dan dikritisi dalam buku ini, silahkan dibaca lebih lanjut. “SELAMAT MEMBACA”

Item Type: Book
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Faculty > Performing Arts Faculty > fsp
Depositing User: Jaya Semadi I Gst Ngurah
Date Deposited: 02 Mar 2021 13:21
Last Modified: 02 Mar 2021 13:21
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/3980

Actions (login required)

View Item View Item