ISI Denpasar | Institutional Repository

SEJARAH SENI PERTUNJUKAN KABUPATEN GIANYAR

I Gede, Arya Sugiartha and I Gusti Ngurah, Seramasara and I Wayan, Dibia and I Komang, Sudirga and Kadek, Suartaya and I Ketut, Suteja and I Wayan, Suweca and Ni made, Arshiniwati and I Dewa Ketut, Wicaksana and I Ketut, Garwa and I Wayan, Setem and Ni Luh, Sustiawati and Ni Ketut, Dewi Yulianti (2019) SEJARAH SENI PERTUNJUKAN KABUPATEN GIANYAR. Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar. ISBN 978-623-92503-9-3

[img] PDF (SEJARAH SENI PERTUNJUKAN KABUPATEN GIANYAR)
Download (43MB)

Abstract

KATA PENGNATAR Kabupaten Gianyar telah dikenal oleh masyarakat dunia baik dalam maupun luar negeri sebagai daerah seni, termasuk di dalamnya seni lukis, seni pertunjukan, seni patung, seni kria maupun seni tenun. Gianyar juga memilki berbagai macam makan tradisional (kulimer) dan yang paling khas aalah Babi Guling. Untuk membangkitkan dan mengembangkan potensi seni yang ada, maka Pemerintah Kabupaten Gianyar telah menjalin kerjasama dengan Insititut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Salah satu realisasi dari kerjasama itu dilakukan penulisan buku dengan judul Sejarah Seni Pertunjukan Kabupaten Gianyar. Penulisan buku ini dicanangkan dalam untuk menyongsong ditetapkannya kota Gianyar sebagai Word Craf City (WCC). Untuk menulis buku ini, semula kami sebagai tim penulis merasa sangat sulit menyelasaikanya. Kesulitan utama adalah sumber karena, landasan utama penulisan sejarah adalah sumber. Sumber tentang seni pertunjukkan sangat langka, biasanya penulis sejarah seni pertunjukan berpegang pada prasasti dan artefak. Sumber prasasti bisanya mencantumkan secara singkat tentang jenis kesenian dan kebijakan raja, sedangkan artefak hanya memberikan ilustrasi keberadaan seni pertunjukan pada jaman Bali Kuna. Kenyataanya seni pertunjukan hidup dan diwarisi di daerah Gianyar mengandung makna sebagai pedoman prilaku, yang dapat diliterasi melalui gerak simbolik yang ditampilkan dan cerita yang digunakan. Melalui gerak dan cerita serta perubahan jiwa jaman sejarah seni pertunjukan di Gianyar dapat jelaskan yang akhirnya penulisan buku ini dapat diselesaikan. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih banyak yang perlu disempurnakan tetapi dapat dijadikan petunjuk untuk menuliskan sejarah seni pertunjukan berikutnya. Oleh karena itu, rasa bakti dan puji syukur kami aturkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan jalan yang tak dapat dijelaskan untuk menyelesaikan buku ini. Penulisan bisa berjalan sesuai dengan harapan karena dibiaya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar, karena itu ucapan terima kasih yang dari lubuk hati yang terdalam kami aturkan kepada Bapak Bupati Gianyar, I Made Mahayastra, SST. Par. MAP. Ucapan terima kasih juga kami aturkan kepada Bapak Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum yang telah memberikan semangat dan dorongan yang sangat kuat untuk menyelesaikan penulisan ini. Kepada Ibu Ida Ayu Surya Mahayastra juga saya ucapkan banyak terima kasih selaku Dewan Kerajinan Nasional Kabupaten Gianyar yang telah memberikan semangat dan doringan yang kuat dalam menyelesaikan penulisan buku ini. Kepada Bapak Kepala BAPEDA daerah Kabupaten Gianyar, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan kami ucapkan banyak terima kasih karena telah berjuang dan bersusah payah memperlancar perjalanan penulisan buku ini. Kepada berbagai pihak terutama rekan-rekan di ISI Denpasar yang telah mendukung secara moral maupun tenaga juga kami ucapkan banyak terima kasih. Dalam kata pengantar ini perlu kami sampaikan bahwa penulisan ini berpedoman pada asumsi sejarah berdasarkan perubahan jiwa jaman. Setiap jaman akan menawarkan sistem budaya sebagai landasan normatif dalam kehidupan bermasyarakat. Landasan normatif akan mengalami perubahan sesuai dengan perubahan jiwa jaman yang berimplikasi pada munculnya seni pertunjukan. Perubahan landasan normatif itulah dapat dijadikan landasan untuk menjelaskan perkembangan seni pertunjukan dari masa lampau sampai ke masa kini. Perubahan jiwa jaman akan merubah sistem budaya yang berimplikasi pada perubahan kreavitas manusia dalam bidang seni pertunjukan. Ketika keyakinan masyarakat Gianyar yang sangat kuat terhadap roh gaib dapat mengganggu ketentraman masyarakat, berimplikasi pada munculnya berbagai jenis seni pertunjukan sebagai media pemujaan pada roh gaib. Jenis-jenis seni pertunjukan itu dapat diasumsikan dengan munculnya berbagai jenis tari Sanghyang. Tari Sanghyang merupakan tari kesurupan, dimana penarinya di rasuki kekuatan gaib, sehingga dalam kitidak sadarnya mereka menari. Kata hyang dalam masyarakat Bali dianalogikan dengan roh gaib, sehingga tari Sanghyang adalah tari yang dimasuki roh gaib. Sebutan tari Sanghyang dikaitan dengan roh yang memasukinya, sehingga ada tari Sanghyang Dedari, Sanghyang Jaran, Sanghyang Kambing, Sanghyang Celeng, Sanghyang Bojog, dll. Dengan munculnya sistem kerajaan di Gianyar, maka sistem budaya yang dilembagakan juga mengalami perubahan, sehingga muncul dikotomi budaya yaitu budaya kerajaan dan budaya kerakyatan. Sistem budaya ini berimplikasi pada ratu dan panjak (kaulagusti) yang pada prinsipnya bertujuan untuk menguatkan (legitimasi) kekuasaan raja. Sistem budaya yang dilembagakan ini juga berimplikasi pada munculnya berbagai jenis seni pertunjukan dengan mengambil sumber cerita tentang kerajaan dan nilai moral keagamaan. Seni pertunjukan itu dapat diasumsikan antara lain, Dramatari Gambuh, Wayang Wong, Parwa, Arja dan Legong Keraton. Perubahan jiwa jaman dari jaman kerajaan kejaman demokrasi, muncul berbagai kreativitas seni pertunjukan yang mengarah pada kebebasan berekpresi dan berinovasi. Dengan demikian maka muncul berbagai jenis seni kreasi baru dan seni pertunjukan kontemporer, sebagai hasil kemasan terhadap seni tradisi atau perpaduan antara berbagai unsur seni yang datang dari luar. Dengan selesainya penulisan buku ini akan dapat disadari bahwa daerah Kabupaten Gianyar memiliki berbagai jenis seni pertunjukan yang diwarisi dari jaman Bali Kuna sampai sekarang. Pewarisan itu tidak hanya dalam bentuk pertunjukan tetapi fungsi dan maknanya sebagai pembentuk karakter bangsa. Berbagai nilai ditawarkan oleh seni pertunjukan yang dapat digunakan sebagai pedoman prilaku dalam kehidupan masyarakat. Gianyar, …………2019 Tim Penulis,

Item Type: Book
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: UNSPECIFIED
Depositing User: Jayasemadi
Date Deposited: 28 Jan 2022 04:01
Last Modified: 28 Jan 2022 04:01
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/4596

Actions (login required)

View Item View Item