I Gede Made , Indra Sadguna
(2010)
Meng-angkep-kan Oktaf Dalam Gamelan Bali.
Artikel Bulan November, 11.
p. 1.
Abstract
Sebagai seorang lulusan institusi seni seperti Institut Seni Indonesia Denpasar, penulis telah banyak mendapatkan pengetahuan mengenai kesenian Bali khususnya yang terkait dengan seni karawitan Bali. Pada institusi tersebut telah dikenalkan berbagai jenis barungan gamelan, persoalan teknis gamelan, serta pembelajaran mengenai istilah-istilah yang melekat pada gamelan Bali. Salah satu istilah yang sering kita dengar dipergunakan baik oleh para mahasiswa, alumni, serta dosen yang membidangi karawitan adalah ‘oktaf’. Di sini saya akan mencoba memberikan suatu argumentasi mengenai merubah paradgima ‘oktaf’ dalam gamelan Bali.
Dalam suatu pembicaraan sehari-hari di lingkungan kampus, acap kali terdengar suatu dialog seperti:
“A: seperti apakah bentuk pelarasan gamelan Gong Kebyar?
B: Gong Kebyar merupakan salah satu gamelan yang memiliki laras pelog lima nada dalam satu oktafnya.”
Apakah ada yang salah dalam percakapan tersebut? Tidak. Hanya saja ‘Keliru”. Kasus-kasus seperti di atas merupakan satu dari sekian banyak contoh yang terjadi di dalam dunia karawitan Bali dan istilah ‘oktaf’ telah menyebar hingga ke desa-desa. Lalu yang menjadi pertanyaan pertama adalah: kenapa istilah ‘oktaf’ tersebut menjadi keliru? Untuk menjelaskan hal tersebut, sebaiknya terlebih dahulu kita memahami betul apa yang dimaksud dengan ‘oktaf’ itu sendiri.
Actions (login required)
|
View Item |