ISI Denpasar | Institutional Repository

Solo Exhibition of Contemporary Painting WASTU WAKTU Fifteen Years on Developing New Paintings of Explotion on Drawings

I Wayan Adnyana, Kun (2022) Solo Exhibition of Contemporary Painting WASTU WAKTU Fifteen Years on Developing New Paintings of Explotion on Drawings. Prasasti, Denpasar, Agung Rai Museum of Art (ARMA), Ubud, 01-72. ISBN 978-623-5608-19-8

[img] PDF (Solo Exhibition of Contemporary Painting WASTU WAKTU Fifteen Years on Developing New Paintings of Explotion on Drawings)
Download (42MB)

Abstract

Wastu Waktu Ruang Imajinasi Waktu Kelana Oleh Wayan Kun Adnyana Hal yang paling maha luas adalah ruang, menyeluruh memenuhi dimensi dan arah. Ruang berdimensi jamak, menampung seluruh raga dan jiwa. Ruang hadir tanpa batas pada imajinasi, pun sebaliknya imajinasi terjejak pada ruang-ruang yang kita diami. Ruang merupakan wadah, sementara waktu seperti perjalanan, yang terkadang siklis, acap serba hadir, dan seringkali niscaya. Romo Mangunwijaya, membangun istilah Wastu Citra untuk ruang atau bangunan berdaya guna, sekaligus memiliki keindahan yang tinggi. Pada konteks batas; segayut keberadaan waktu yang abadi, seri terbaru karya-karya yang melintas ke berbagai tema, bersama kurator pameran, kita menyebutnya: Wastu Waktu. Pameran tunggal Wastu Waktu, menjadi panggung atas pemaknaan 15 tahun penemuan teknik gambar garis dalam membangun seni lukis baru. Seni yang yang Praktik penciptaan seni rupa, khususnya seni lukis, telah saya lakukan intensif sejak bangku sekolah menengah seni rupa tahun 1992, hingga kini. Sekitar 30 tahun, ruang imajinasi dipupuk kelana lintas ruang dan waktu. Perjalanan praktik seni, dengan berundag-undag jalan terjal. Tidak selamanya mulus, penuh riang dengan capaian mengundang decak kagum. Berkali-kali menemu terjal, penuh perjuangan dan penolakan. Hanya kegigihan dan fokus yang mengantar pada fase-fase harapan. Suntuk mengenyam studi magister pengkajian seni rupa, pada Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 2006, di tengah-tengah tumpukan tugas karya tulis, kehendak untuk tetap mencipta karya seni lukis tidak pernah surut. Kala lelah dan jenuh memainkan kata-kata pada komputer, sekejap berpaling pada bidang-bidang kanvas yang menyesak menghimpit kamar tidur. Goresan demi goresan menemu alurnya sendiri; berkelindan saling merajut; halus menggulunggulung; ribuan jumlahnya. Berlapis-lapis goresan, meluas memenuhi bidang kanvas, akhirnya membentuk bentuk Sebelum jenuh dan lelah berubah jadi kantuk dan pulas, justru yang hadir gairah tidak berujung, menggores menumpuk garis-gemaris. Seluruhnya jelimet, rumit, kompleks, dan tidak terkenali mana pangkal dan ujung. Semua luruh menuju objek-objek tanpa nama (seri Hana Tan Hana, 2008). Temuan teknik, atau bahasa artistik berbasis drawing ini, sangat memudahkan dalam mengembangkan kedua bakat sekaligus, yakni tetap menulis dan kritis; selalu bergairah untuk menggores menjelajah kemungkinankemungkinan imajinasi. Saya berikrar untuk selalu menjaga, mengembangkan, sekaligus menjadikan kedua talenta titipan Semesta ini, sebagai medium perjuangan cita-cita publik. Atas temuan teknik, atau bahasa artistik berbasis drawing ini, telah mengantarkan praktik seni pada jelajah tematik yang sangat luas. Teknik khas dan mempribadi ini, mampu memanifestasikan beragam tematik, dari representasional, simbolik, metaforik, hingga abstraktif. Sejak 2006, berbagai seri tematik telah dijelajah, pasca Ibu dalam seri ‘Venus’. Seri ‘Bayi’ hadir setelahnya, kemudian seri ‘The Bodies Theater’, berikutnya seri “Poem Michigan”, yakni jelajah gambar garis dikombinasi cat air. Hampir enam tahun terakhir, justru orientasi penciptaan secara terfokus mengenali, menyelami, dan menghayati keutuhan pemaknaan atas artefak relief Yeh Pulu, di Bedulu, Gianyar, Bali. Menggali energi artistik yang khas dan berkarisma peninggalan Kerajaan Bali Kuno terakhir ini, semakin memberi keyakinan pada saya, bahwa praktik seni sesungguhnya menyatu dalam praktik riset, untuk menemu yang tidak sepenuhnya tersirat, untuk memeriksa yang abadi dilihat, sekaligus menghayati utuh lahir-batin segalanya yang begitu dahsyat memancar energi. Wastu Waktu, mimbar penghormatan pada yang tidak sepenuhnya meraga, tetapi kepada seluruh yang memancarkan energi. Wastu Waktu, menjadi bangunan maha besar, artistik visual yang menampung utuh seluruh imajinasi. Selamat menikmati pameran. Wayan Kun Adnyana Perupa dan Penulis Seni Rupa (Naskah ini disusun dalam perjalanan terbang dari Denpasar ke Dubai, untuk menuju Warsawa, Polandia, 7 November 2022)

Item Type: Book
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Document
Depositing User: Jayasemadi
Date Deposited: 16 Jan 2023 04:09
Last Modified: 16 Jan 2023 04:10
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/5080

Actions (login required)

View Item View Item