ISI Denpasar | Institutional Repository

Deskrisi Karya Bhuwana Sakti PAMERAN BALI MEGARUPA V, Institut Seni Indonesia Denpasar WARA – WASTU – WARUNA (Bahtera Karsa Samudra Rupa)2023

I Wayan, Suardana (2025) Deskrisi Karya Bhuwana Sakti PAMERAN BALI MEGARUPA V, Institut Seni Indonesia Denpasar WARA – WASTU – WARUNA (Bahtera Karsa Samudra Rupa)2023. [Show/Exhibition]

[img] PDF
Download (244kB)

Abstract

Bhuwana Sakti artinya adalah alam dunia/bumi yang sangat religius, kerahmat, sakral, dan suci. Dalam kepercayaan agama Hindu, kehidupan ini terdapat dua dunia yang disebut dengan Buwana Agung (Makrokrosmos) dan Bhuwana Alit (Mikrokrosmos). Bhuwana Agung adalah kehidupan alam dunia nyata, sedangkan Bhuwana Alit adalah kehidupan pada diri manusia sendiri. Dua bhuwana ini selalu saling berkaitan, Bhuwana Agung ada pada Bhuwana Alit, dan sebaliknya Bhuwana Alit ada pada Bhuwana Agung. Masing-masing bhuwana memiliki kekuatan dan kesaktian, karena berstana para Dewa sesuai dengan tempat, fungsi, dan kesaktiannya. Ide karya ini berangkat dari Bhuwana Agung (alam dunia) yang bundar dan berputar pada porosnya sebagai tempat kehidupan semua mahkluk di dunia seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Dengan adanya berbagai mahkluk hidup, alam dunia sangat kaya dengan sumber kehidupan bagi manusia karena tumbuh berbagai jenis tanaman dan hidup berbagai jenis binatang dan hewan. Semua mahkluk hidup ini saling keterkaitan dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya alam dunia tidak hanya indah dan subur, tetapi juga memiliki kekuatan yang tidak kasat mata, dan diyakini memiliki kesucian yang maha dasyat karena dihuni oleh alam Sekala dan Niskala. Kekuatan alam sekala, alam dunia dihuni oleh berbagai tumbuhan besar, binatang kuat, dan manusia yang cerdas. Alam niskala, di dunia bersatana para Dewa dan Bhuta Kala yang sangat kuat dan sakti serta berstana di seluruh penjuru mata angin. Dewa dan Buta Kala adalah dua kekuatan yang berbeda (Rwa Bhineda), namun selalu berkaitan dan menyertai kehidupan manusia. Dengan berstananya para Dewa (sinar suci Ida Sanghyang Widhi Wasa) di masing-masing penjuru, (Pengider Bhuwana), alam dunia (bhuwana) memilili kekuatan yang sangat dasyat, suci dan kerahmat. Setiap penjuru alam dunia memiliki kekuatan maha sakti yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya yang menjaga kesucian wilayah tersebut dari segala marabahaya yang datang. Dari kekuatan tersebut tanpa disadari juga akan menuntun dan mengarahkan segala aktivitas tingkah laku, serta karakteristik kehidupan manusia pada segala yang baik maupun segala buruk, oleh sebab itu. secara sekala, manusia wajib untuk menjaga dan memlihara alam dunia dengan baik karena merupakan sumber segala kehidupan. Secara niskala, bagi umat Hindu juga berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam dunia dengan melakukan upacara “Pecaruan”, (Bhuta Yadnya) untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan jagat raya. Upacara bhuta yadnya adalah persembahan pada para bhuta kala, agar mereka tidak mengganggu kehidupan manusia dalam menjalankan segala aktivitasnya. Konsep karya ini adalah pelestarian lingkungan sekala dan niskala. Sudah menjadi kewajiban sebagai umat manusia untuk menjaga dan melestarikan alam dunia dengan tidak merusak kehidupan alam sembarangan, dan menyucikan dengan mengadakan upacara bhuta yadnya, karena alam dunia sebagai sumber kehidupan, sangat sakti memiliki aura, roh, jiwa, dan taksu yang maha dasyat. Apa bila manusia merusak alam , maka alam akan murka dan akan terjadi malapataka yang tidak terhindarkan seperti tanah longsor, banjir, dan sebagainya. Manusia tidak boleh merusak alam dunia hanya demi kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya. Jangan mengeksploitasi alam dunia demi kesenangan sesaat dan mengorbankan kepentingan orang banyak. Secara visual karya ini berbentuk bulat meruncing ke atas yang diangkat dari bentuk kentongan (Kulkul) dari bahan pohon hanao. Kentongan (Kulkul) dalam masyarakat Bali memiliki fungsi yang sangat fundamental, sebagai tanda untuk menyatukan pikiran untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kentongan adalah hukum yang harus dipatuhi oleh masyarakat untuk melakukan aktivitas maupun mengambil tindakan yang sangat penting. Kentongan berbentuk bulat yang kokoh sebagai tanda alam dunia yang luas, indah, dan subur, dengan ujung yang runcing sebagai tanda alam itu sakti dan suci. Kentongan pada bagian tengahnya berlobang sebagai tanda hidup di dunia penuh dengan tantangan yang harus dihadapi, dan di samping lobang tersebut terdapat dua sisi yang sama sebagai tanda alam sekala dan niskala yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk mendapatkan keseimbangan dan keharmonisan jagat raya. Tiga permukaan pada bagian bulat meruncing ke atas dihiasi dengan motif rerajahan wajah dengan berbagai bentuk senjata, merupakan wujud Dewa-dewa yang berstana di beberapa penjuru mata angin. Tiga wujud Dewa ini adalah sebagai simbol Dewa Tri Murti yang merupakan dewa tertinggi dalam agama Hindu yaitu Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Ciwa sebagai pelebur. Dewa Tri Murti ini secara visual diwujudkan pada karya dan telah mewakili seluruh Dewa-dewa yang berstana disetiap penjuru mata angin yang menyebabkan bumi menjadi kuat, kokoh, dan karahmat (Bhuwana Sakti).

Item Type: Show/Exhibition
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Faculty > Fine Arts and Design Faculty > Craft Department
Depositing User: KOMANG AYU SEPTIARI
Date Deposited: 13 May 2025 13:59
Last Modified: 13 May 2025 13:59
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/5728

Actions (login required)

View Item View Item