Ida Bagus Gede , Surya Peradantha
(2011)
SANGGAR SENI CENK BLONK BELAYU, SEJARAH DAN POLA MANAJEMENNYA.
Artikel Bulan Februari (2011), 2 (2).
p. 1.
Preview |
|
PDF (SANGGAR SENI CENK BLONK BELAYU, SEJARAH DAN POLA MANAJEMENNYA)
- Published Version
Download (162kB)
| Preview
|
Abstract
A. Sejarah berdirinya sanggar
Kedekatan seorang dalang I Wayan Nardayana dengan dunia seni, khususnya pewayangan sesungguhnya telah dimulai ketika ia masih duduk di kelas 5 SD. Dahulu, di desanya yaitu Desa Belayu, pernah ada 3 grup kesenian wayang yang beranggotakan setidaknya 6-9 orang pemain anak-anak. Salah satunya adalah grup wayang yang ia dirikan bersama teman-teman sebayanya yang bergelut di dunia wayang kulit. Grup ini didirikan berkat kesamaan hobi, kecintaan pada dunia kesenian dan karena memang di daerah setempat hanya ada kesenian wayang yang cukup digemari kala itu. Grup Nardayana ini sering melakukan pentas keliling yang diundang oleh orang yang punya hajatan, misalnya acara pernikahan. Upah yang diberikan waktu itu sebesar 100 rupiah.
Dari 3 grup yang ada saat itu, 2 di antaranya bubar dan hanya grup Nardayana yang berhasil bertahan. Sayangnya, menanjak ke kelas 6 SD, wayang-wayang dari karton yang ia buat bersama teman-temannya dibakar oleh orang tua Nardayana. Hal ini dikarenakan nilai rapor sekolahnya yang selalu merah karena tak pernah belajar. Namun demikian, ia bertekad suatu saat kelak, ia ingin kembali membuat grup kesenian yang bergelut di dunia pewayangan. Inilah cikal bakal ia mendirikan Sanggar Seni Cenk Blonk Belayu yang ada sekarang.
Actions (login required)
|
View Item |