Hendra, Santosa
(2011)
Sekelumit Perkembangan Musik Kontemporer di Bali.
Artikel Bulan Januari (2011), 2 (1).
p. 1.
Abstract
Di Bali masih ada nama Igor Tamerlan. Seniman musik idealis ini bahkan sedang berkreasi lebih maju, membuat apa yang disebutnya techno gong. Wujudnya berupa alat musik berbentuk vibes atau kolintang besi tapi electric dan setengah synthesizer. Alat ini masih harus disempurnakan lagi, seperti penuturan Igor Tamerlan sendiri. Sementara proyek rekaman kontemporernya tengah dijajaki lagi, dan tetap berdekatan dengan aroma etnik Bali. Sekedar mengingatkan, pada awal 90-an, Igor pernah melejit dengan Bali Vanilli, yang berbau rap dan bercerita tentang turis asing dan Bali. Dan dari Pulau Dewata masih ada juga, I Wayan Balawan. Solois dengan dua gitar yang barusan tour di Eropa. Ia juga mempunyai kelompok musik etnik, Batuan Etnik Fusion. Di sana fusion dipadukan dengan musik tradisi Bali. Dari generasi muda musisi kita, boleh dicatat olah kreasi Tipe-X yang pernah mengajak Bandung Percussion Society untuk tampil di salah satu acara di stasiun teve swasta. Atau Naif, yang sampai mengajak orkes tanjidor terlibat dalam rekaman bahkan konser mereka nanti 25 Oktober 2000.[1]
Cuplikan wawancara seorang wartawan Bali Post dengan Belawan mengutarakan pandangannya terhadap world music karena dia telah banyak menggeluti bidang spiritual, mau tidak mau, akhirnya musik saya juga sangat berdampingan dengan hal-hal atau nuansa spiritual. Musik dan spiritual itu sama. Menyuguhkan suatu musik, sama dengan mantra. Untuk pembuatan musik dimotivasi dari konsep Tri Hita Karana. Hal ini dilakukan dengan cara tidak sengaja, baik dalam membuat musiknya, liriknya, atau yang lainnya. Intinya, musik Belawan lebih banyak mengarah ke kemanusiaan. World music adalah musik yang mengarah ke universalitas, global, cinta, dan kemanusiaan.[2]
Actions (login required)
|
View Item |