Ida Ayu , Dyah Maharani, ST., M.Ds
(2011)
RANGKUMAN ESTETIKA :MAKNA, SIMBOL DAN DAYA.
Documentation.
ISI Denpasar.
Abstract
RAUT ESTETIKA. Adanya istilah yang kerap tidak tepat digunakan dan definisi yang sangat beragam, maka bangun estetika dapat ditarik ulur, dan kemudian berujung pada simpang siurnya pemahaman estetika sebagai filsafat dan estetika sebagai praksis dalam berkesenian di Indonesia. Memandang estetika sebagai suatu filsafat, pada hakikatnya menempatkannya pada satu titik dikotomis antara realitas dan abstraksi, serta juga antara keindahan dan makna. Estetika tidak lagi menyimak keindahan dalam pengertian konvensional, melainkan telah bergeser ke arah sebuah wacana dan fenomena. Beberapa pandangan mengenai estetika setiap waktu mengalami pergeseran, sejalan dengan pergeseran konsep estetik dari setiap jaman. Pandangan bahwa estetika hanya mengkaji segala sesuatu yang indah (cantik dan gaya seni), telah lama dikoreksi karena terdapat kecenderungan karya-karya seni modern tidak lagi menawarkan kecantikan, tetapi lebih pada makna dan aksi mental. Kemudian dalam perkembangannya terdapat adanya istilah Kebudayaan Barat (kerap dianalogikan dengan unsur “rasionalitas”) dan Kebudayaan Timur (kerap dianalogikan dengan “suasana hati”). Dalam peradaban dunia, dua kebudayaan ini selalu dipertentangkan. “Timur” dan “Barat” lebih berupa perseteruan, persaingan dan perang daripada saling mengerti, bersahabat dan bekerja sama. Bagi kebanyakan orang “Timur”, “Barat” selalu dihubungkan dengan kapitalisme, teknologi dan imperialisme. Bagi masyarakat “Barat”, “Timur” selalu berkonotasi dengan negara-negara yang padat penduduk, serba miskin, terbelakang dan amat tradisional. Demikian pula di akhir abad ke-20, pandangan-pandangan mengenai estetika mengalami rekonstruksi dan penyegaran-penyegaran baru ketika filsafat Posmodern berkembang sejalan dengan wacana kaum Postrukturalis.
Actions (login required)
|
View Item |