Ida Bagus , Surya Peredantha
(2011)
“Si Jepang” yang Heboh dan “Si Bali” yang Emoh : Sebuah Kritik.
Artikel Bulan November (2011), 2 (11).
p. 1.
Preview |
|
PDF (“Si Jepang” yang Heboh dan “Si Bali” yang Emoh : Sebuah Kritik)
- Published Version
Download (127kB)
| Preview
|
Abstract
Saniscara Kliwon, wuku Wayang, 29 Oktober 2011 merupakan hari piodalan di Pura Padma Nareswari kampus ISI Denpasar. Kampus yang terkenal sebagai “Kawah Candradimuka”-nya calon-calon seniman akademis nan unggul di Bali ini pun menggelar berbagai jenis pertunjukan tari dan tabuh, baik sebagai sarana upacara atau wali, sebagai bebali atau penunjang pelaksanaan upacara dan sekedar untuk memeriahkan suasana atau balih-balihan. Pergelaran kesenian ini pun melibatkan para mahasiswa dan dosen serta tidak lupa dimeriahkan oleh para mahasiswa asing yang tergabung dalam program pertukaran pelajar Dharmasiswa.
Dimulai dengan pementasan tari Rejang Dewa oleh mahasiswi semester satu yang baru bergabung dalam tahun ajaran baru di ISI Denpasar, antusiasme para pemedek mulai meningkat. Maklum, pemedek yang sebagian besar dosen dan pegawai serta mahasiswa ini ingin menyaksikan langsung bagaimana potensi mahasiswa baru yang menampilkan kebolehannya pada kesempatan tersebut. Sebagai catatan, merupakan sebuah kebiasaan di ISI Denpasar beberapa tahun ini untuk melibatkan mahasiswa baru sebagai penari wali dalam piodalan di kampus. Setelah pementasan tari Rejang Dewa tadi, dilanjutkan dengan pementasan tari Baris Gede, juga oleh anak-anak semester baru. Sejenak kemudian, pementasan dramatari topeng tak pernah absen menghiasi hingar binger suasana khusuk religius di kampus seni yang dulunya bernama ASTI serta STSI tersebut.
Actions (login required)
|
View Item |