Monumen

I Wayan, Setem, S.Sn., M.Sn (2009) Monumen. Documentation. ISI Denpasar.

Abstract

Berangkat dari pengamatan terhadap lingga-yoni dan setelah melakukan eksplorasi maka muncul gagasan tentang ”Manunggaling Kala Desa, Melintas Fenomena Ruang dan Waktu dalam Penciptaan Seni Lukis” sebagai tema. Manunggaling kala desa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya waktu dan tempat/ruang (Zoetmulder, 1982: 440). Yang ingin saya cermati ialah sudut-sudut psiko-antropologisnya dan telaahnya hendaknya dipandang sebagai upaya pembaca-an kembali atas simbol lingga-yoni untuk ditawarkan pada seni lukis. Lebih jauh lagi saya berharap bahwa bacaan kembali ini akan dapat mengilhami reinterpretasi modern dari konsep-konsep lampau dan mendorong kreativitas lebih lanjut. Bila ditinjau dari sudut antropologi, dengan bantuan konsep psiko-analitis Freudian, dapat diurai bahwa lingga-yoni merupakan simbol Tuhan yang dipercaya sebagai bapak dan ibu di alam semesta ini. Lingga adalah simbol Tuhan sebagai bapak, purusa, akasa, maskulin, ruang kosong (langit), dan yoni adalah simbol Tuhan sebagai ibu, pradana, feminin atau pertiwi (tanah) yang memberi kesuburan, kesejahteraan, kedamaian bagi semua kehidupan yang ada di alam. Kemanunggalan bapak dan ibu akan melahirkan kehidupan, dalam artian hubungan langit dan bumi (akasa dan pertiwi) menimbulkan ruang tempat kehidupan dan keseimbangan kosmos. Di sinilah lingga dan yoni merupakan kesatuan dinamis, seperti halnya pikiran dan hati yang saling melengkapi. Sulit dibayangkan bumi tanpa langit, ruang tanpa waktu. Pada wilayah ini pula lingga-yoni yang berwujud kelamin menjadi sangat sakral dan suci, sebagaimana adi kodrati-Nya

Actions (login required)

View Item