I Wayan, Setem, S.Sn., M.Sn (2009) Perkawinan. Documentation. ISI Denpasar.
Full text not available from this repository.Abstract
Namun dalam konteks ini manunggal bukan saja dimaknai sebagai senyawa-setubuh (perkawinan) manusia untuk membentuk rumah tangga atau demi regenerasi dan unifikasi, bukan hanya penis dan vagina, tetapi harus dimaknai sebagai sari rasa tunggal, manunggaling kala desa untuk menghasilkan keharmonisan. Pengertian ”manunggal” adalah suatu keadaan yang bersumber dari dua atau lebih hal yang berbeda tetapi saling berpengaruh, bersintesa, berpadu atau terjadi transmutasi. Pada intinya perbedaan itu bersinergi untuk menghasilkan kekuatan tunggal, yakni ke-harmonisan dalam keseimbangan. Dengan sendirinya terlihat di sini bahwa lingga-yoni sesungguhnya bukanlah melambangkan ”kesuburan” di dalam artian yang sempit nan akumulatif, tetapi lebih tampil sebagai kesadaran peletak dasar kehidupan sosial. Memang kesadaran paling awal dan paling universal yang muncul pada manusia purba ialah kesadaran bahwa kehidupan seksual di dalam keluarga dan masyarakat harus mengikuti aturan atau norma tertentu. Lebih jauh larangan atas incest, sejatinya boleh dianggap merupakan tindakan sosial yang pertama pada manusia purba sebagaimana diyakini oleh teori Freud: melarang incest adalah identik dengan meletakkan dasar hukum dan kehidupan sosial pada manusia.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NX Arts in general |
Divisions: | Faculty > Fine Arts and Design Faculty > Fine Art Department |
Depositing User: | Mrs Dwi Gunawati |
Date Deposited: | 15 May 2012 06:05 |
Last Modified: | 15 May 2012 06:05 |
URI: | http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/1371 |
Actions (login required)
View Item |