Drs. I Made, Radiawan, M.Erg
(2012)
Kriya/kerajian Ditinjau Sebagai Filsafat Ilmu.
Working Paper.
ISI Denpasar.
Preview |
|
Image (JPEG) (Cover Kriya kerajian Ditinjau Sebagai Filsafat Ilmu)
- Cover Image
Download (21kB)
| Preview
|
Abstract
Pendahuluan
Bagi sebagian besar penduduk, kriya merupakan asing bagi yang mendengarnya atau sulit untuk dimengerti, Tetapi sebagian kegiatan sudah akrab dilakoni oleh masyarakat. Bahkan sudah mengenal dengan kata mengukir, menganyam, menghias menempa dan seterusnya.
Hal semacam perlu disadari sebagai ilmu-ilmu formal belum mereka menerima sepenuhnya, hal seperti itu disebabkan dengan kriya sendiri masih relatif muda dan tanggapan kriya bagi masyarakat umum, maka dapatlah dikatakan wajar pemahaman tentang kriya baru terbatas kepada hal-hal yang sederhana.
Kriya/kerajinan, dengan tantangan teknologi untuk bisa menghadapi masalah-masalah yang timbul terhadap manusia, itupun dengan kemajuan yang dialami oleh Negara tetangga kita.
Dengan pembangunan kriya dewasa ini, tidak bisa dalam waktu singkat dan perlu bertahap dipahami dan masing-masing bagian kriya harus dibenahi. Dan sampai pembenahan secara menyeluruh, serta sebagai penguatan pondasi untuk menunjang perekonomian secara total.
Bahwa kenyataan-kenyataan yang tidak dapat dipungkiri kriya masih menjadi dilema di masyarakat umum, maka disinilah perlunya landasan yang kuat untuk membangun kriya untuk menjadi tatanan yang sistematik, ilmiah dalam pendekatan dengan ilmu lainnya.
Memang selama ini sulit untuk mempertemukan antara aspek tradisi dengan modern, antara budaya timur dan barat antara rasa dengan ratio dan seterusnya, malah merambah ke masalah kriya ini akan diperuntukan pada orang yang berada dan yang kurang mampu. Suleman, 1976, membuka kesadaran kita tentang adanya seni rupa atas dan seni rupa bawah.
Memang adanya kekwatiran bagi para kriyawan, dan mungkin musnahnya budaya tradisi yang telah lama dibangun akibat teknologi yang masuk ke tempat kita, dan seperti masalah tersebut tidak perlu dibesar-besarkan, tapi budaya tradisi kita juga memiliki menangkal atau kiat-kiat karena menpunyai kekebalan tertentu untuk menghadapi system budaya dari luar, bagaimana manusia mempunyai tingkat penyesuaian diri terhadap diberbagai atmospir kehidupan. Pendekatan antar disiplin, bisa menghormati profesi orang lain, dengan cara keterbukaan pola berpikir ilmiah pada profesi masing-masing.
Maka wajarlah jika seorang kriyawan selain menguasai pada bidangnya, perlu juga berkolaborasi dengan bidang yang kainnya, serta dapat memahami bahasa-bahasa para ahli lainnya, apabila kriyawan bekerja pada suatu industri atau art work di satu tempat, maka diperlukan kerja sama team dalam menuntaskan suatu masalah-masalah yang timbul dalam suatu tempat kerja.
Dalam menuntaskan suatu masalah tersebut perlu, pendidikan tinggi pada bidang kriya dan ada pendukung dari demensi keilmuan lain.
Teknologi, seperti teknologi mekanik, teknologi produksi, teknologi bahan wawasan ilmu-ilmu enjinering, sehingga seorang kriyawan akan memahami kearah sistem industri secara luas dan industri kecil yang berkembang di pedesaan, bahan, proses pendisainan, manageman dan ketrampilan yang memadai. Wawasan sains, terutama fisika, metode riset, logika, sehingga seorang kriyawan memiliki keilmiahan dalam membuat suatu produk/pekerjaan yang bersifat seni dan mampu merumuskan dan memutuskan dan permasalahan dihadapi dengan cara sistimatis. Wawasan seni, terutama bidang kesenirupaan seorang kriyawan mampu memahami keberadaan tentang keindahan, seni, kretifitas yang tinggi. Wawasan sosial, dimana kriyawan tentunya membuka wawasan tentang sosiologi, psikologi, sosial budaya yang selalu dihadapkan kepada kehidupan manusia. Wawasan filsafat dan etika, kriyawan diharap dapat membangun pola berpikir secara mendalam, yang dilandasi oleh filsafat seni dan sikap etis pada kekriyaan. Dengan cara pendekatan ini seorang kriyawan dapat menyelaraskan dimensi-dimensi dasar yang berhubungan dengan aktivitas kriyawan, baik secara konsep-konsep strategi kekeriyaan maupun langsung berkaitan dengan kehidupan mayarakat.
Actions (login required)
|
View Item |