Ida Ayu , Dyah Maharani, ST., M.Ds
(2012)
Lifestyle Postmodern Pada Bangunan dan Accent di Bali.
Documentation.
ISI Denpasar.
Abstract
Seni adati dalam perkembangan seni masa kini, nampak menunjukkan kecenderungan untuk menggali kembali nilai-nilai adati sebagai sumber inspirasi. Usaha menggali nilai-nilai adati pada umumnya dilakukan sesuai dengan tuntutan modernisasi. Penemuan-penemuan baru dalam perkembangan teknologi dipaksakan untuk dipergunakan dalam usaha tersebut. Fenomena ini juga terjadi dalam karya arsitekturnya. Bentuk-bentuk dalam Arsitektur Bali, baik bentuk struktural hingga ragam hiasnya yang diyakini memiliki makna dan nilai yang sakral, kini seakan kesakralan itu sudah tidak ada lagi. Hal ini dapat dilihat, banyak pemakaian bentuk-bentuk tersebut pada peniruan bentuk baru yang tidak semestinya, pada tempat dan juga dengan maksud atau tujuan yang sangat bertentangan dengan yang pada awalnya. Kenyataan seperti ini banyak bisa ditemukan pada proses pembangunan di pulau Bali sebagai daerah wisata.Pertamanan yang juga disebut dengan istilah “arsitektur pertamanan”, merupakan pendekatan dari pengertian landscape architecture. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Frederick Law Olmsted pada 1858, saat merancang Taman Kota New York (Onggodiputro, 1985: vi). Saat itu Law Olmsted dan Calvert Vaux memenangkan sayembara perancangan taman kota New York dengan konsep Greenward. Di Indonesia, istilah landscape architecture ini disebut dengan arsitektur lansekap atau arsitektur pertamanan yang banyak berkaitan dengan ruang luar. Sehingga dalam kaitan dengan perancangan atau desain, disebut dengan desain eksterior atau desain pertamanan. Dalam konteks yang lebih luas, pertamanan merupakan bagian dari ruang luar. Fungsi pertamanan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas akan tempat hiburan, tempat untuk melepaskan lelah dari ketegangan-ketegangan pikiran setelah bekerja secara terus-menerus (Ashihara, 1974: 3).
Mengacu pada pendapat Piliang, maka upaya untuk mengangkat keunggulan lokal pertamanan tradisional Bali, antara lain bisa dilakukan dengan upaya menggali atau meneliti sumber-sumber pengetahuan lokal untuk menghasilkan berbagai konsep taman yang unik dan orisinal. Perubahan gaya hidup, juga akan berpengaruh pada rancangan taman, terkait dengan aktivitas dan fasilitasnya. Agar rancangan taman bisa diterima oleh masyarakat secara luas, diperlukan juga pengembangan pemaknaan terhadap rancangan taman tersebut.
Desain taman tradisional Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai keunggulan lokal di bidang desain pertamanan, untuk pengkayaan desain etnik Nusantara melalui kreativitas dan inovasi kultural, sehingga diperoleh makna baru tanpa merusak nilai-nilai esensialnya. Agar dapat menghasilkan keunggulan lokal di bidang pertamanan, konsep dan filosofi taman tradisional Bali dapat di-reinterpretasi, sehingga diperoleh makna baru tanpa merusak nilai-nilai esensialnya. Tak tertutup kemungkinan adanya konsep pelintasan estetik, untuk memperkaya desain taman dengan mempertemukan dua budaya. Melalui proses pertemuan antar budaya yang selektif dan tidak mengorbankan nilai serta identitas budaya lokal, maka akan bisa diperoleh suatu konsep desain yang baru dan khas. Melalui keterbukaan kritis, sikap menerima budaya luar yang positif dan menyaring yang negatif, budaya lokal tidak akan rusak.
Actions (login required)
|
View Item |