ISI Denpasar | Institutional Repository

Karya Iringan Babak 1A Oratorium Purusadha Santa

I GEDE , ARYA SUGIARTHA (2011) Karya Iringan Babak 1A Oratorium Purusadha Santa. Documentation. ISI Denpasar.

[img]
Preview
PDF (Karya Iringan Babak 1A Oratorium Purusadha Santa) - Cover Image
Download (102kB) | Preview

Abstract

Dikisahkan di negeri Ratnakanda, Raja Purusada baru sembuh dari luka-luka karena ia berkaul kepada Bhatara Kala bahwa ia akan menangkap seratus raja yang akan dijadikan persembahan kepada Bhatara Kala. Setelah menangkap sembilan puluh sembilan raja, ia melanjutkan penyerangannya ke negeri Singhala. Raja Jayawikrama bertekad bulat untuk menangkis serangan Raja Purusada sampai titik darah penghabisan. Raja Jayawikrama pun gugur. Selanjutnya, Raja Purusada hendak menangkap Raja Widarba. Ia berhasil menangkap Raja Widarba hidup-hidup. Ketika hendak dipersembahkan, Kala menolak dan menuntut agar Raja Hastina ditambahkan sebagai pelengkap. Untuk itu, Raja Purusada menyerang kerajaan Hastina. Sutasoma lebih memilih menyerahkan diri kepada Purusada. Akan tetapi, Dasabahu dan lain-lainnya memilih jalan perang. Karena itu, peperangan tidak dapat dihindarkan lagi. Korban berjatuhan di kedua belah pihak, termasuk gugurnya putra Sutasoma, bernama Ardhana. Dengan mengerahkan segala kesaktian sebagai inkarnasi Rudra (Siwa), Purusada menyerang Sutasoma. Namun semua senjata yang digunakan menyerang Sutasoma tiada mempan. Api berubah menjadi air, panah-panah berubah menjadi bunga-bunga. Ketika kemarahan Siwa yang menjelma dalam diri Purusada mencapai puncaknya, Indra menasihati Sutasoma agar melakukan semadi duduk dalam posisi bodhyagri. Maka muncullah senjata berlian dan seketika itu kemarahan Siwa (Rudra) berubah menjadi ketenangan sempurna. “Buddha dan Siwa tunggal dalam hakikatnya yang paling dalam”. Siwa (Rudra) meninggalkan tubuh Raja Purusada. Dengan sia-sia Raja Purusada berusaha agar Siwa (Rudra) bisa kembali merasuki dirinya karena ia belum bisa membayar kaulnya kepada Bhatara Kala. Akan tetapi, ia merasa heran karena Sutasoma tiba-tiba menyerahkan dirinya untuk dijadikan persembahan kepada Bhatara Kala. Bhatara Kala sangat gembira karena Sutasoma datang menyerahkan diri. Raja Sutasoma bersedia menjadi korban Bhatara Kala asalkan keseratus raja itu dilepaskan. Bhatara Kala memenuhi permohonan Sutasoma dan keseratus raja tawanan itu dilepaskan. Dengan garang, Bhatara Kala berubah menjadi seekor naga, lalu menelan Sutasoma, tetapi tiba-tiba ia dipenuhi dengan perasaan belas kasih dan rasa cinta sehingga ia tidak meneruskan niatnya untuk menelan Sutasoma. Ia memohon kepada Sutasoma agar diterima menjadi muridnya. Di bawah bimbingan Sutasoma, Bhatara Kala dan Purusada melakoni kehidupan sebagai bhiksu/pertapa di Gunung Mandara, dan dunia pun merasakan suatu era penuh perdamaian dan kesejahteraan

Item Type: Monograph (Documentation)
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Faculty > Performing Arts Faculty > Karawitan Department
Depositing User: Mrs Dwi Gunawati
Date Deposited: 08 May 2014 01:13
Last Modified: 08 May 2014 01:13
URI: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/1943

Actions (login required)

View Item View Item