I WAYAN , SUKA YASA
(2010)
ESTETIKA HINDU:RASA SEBAGAI TAKSU SENI SASTRA.
Mudra (JURNAL SENI BUDAYA), 25 (2).
pp. 159-171.
ISSN 0854-3461
Abstract
Abstrak
Orang (pekerja seni) yang mampu memurnikan dirinya melalui laku religius, dijamin oleh Guru mendapat wijnàna ‘mata kebijaksanaan’. Wijnàna yang bangkit itulah taksu, yaitu spirit yang menjadikan seseorang memiliki daya kreatif yang unggul. Taksu itulah yang menjadikan pekerja seni menjadi seniman. Sifat taksu itu murni dan spontan, karena lahir dari pikiran kalbu atau batin sang seniman. Wijnàna adalah kesadaran sejati yang mewahyukan diri dalam wujud istadewata ‘dewa pujaan’. Atas proses kreatif yang mataksu lahirlah karya seni yang monumental: karya yang sungguh- sungguh merupakan wujud pengalaman estetik-religius sang seniman. Dan karena memancarkan kebenaran-kebajikan- keindahan, maka karya itu hidup: menjadi suluh hidup, menjadi sumber inspirasi penikmatnya.
Hindu Aesthetics: Taste as Taksu of Arts Abstract
People (work of art makers) who can purify themselves through religious action will be guaranteed by the Guru ‘spiritual teacher’ that they will achieve wijñàna ‘the eye of wisdom’. Wijñàna that rises is considered taksu, that is, the spirit, which can make someone having a superior creative power. It is taksu that make the work of art makers become artists. Its characteristics are pure and spontaneous because it comes from the heart or the inward feeling of the artists. Wijñàna is the real consciousness that reveals itself in the form of istadewata ‘worshipped deities’. Through a creative process that mataksu ‘containing a spirit’, a monumental work of art will be realized: the work that is really regarded the form of the aesthetic-religious experience of the artist. In addition, because it is such a work that produces senses of reality-good- ness-beauty, so it is considered a lifelike work: becoming a guidance of life and being an inspiration for its lovers.
keywords: multiculturalism, Indonesia, variety
Actions (login required)
|
View Item |