I Wayan, Andina Suldastyasa and I Made , Budiarsa and I Ketut, Muryana and Tri, Haryanto and I Ketut, Muryana and Tri, Haryanto and Suminto, S.Ag., M.Si and I Putu , Hardy Andika Wijaya
(2012)
Bheri Jurnal Ilmiah Musik Nusantara Tahun 2012.
Bheri Jurnal Ilmiah Musik Nusantara , 11 (1).
01-89.
ISSN 1415-6508
Abstract
BENGKIWA
I Wayan Andina Suldastyasa
Program Studi S-1 Penciptaan Jurusan Seni Karawitan
Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar
Abstrak
Penuangan ide karya komposisi karawitan ini tercipta ketika melihat proses perkawinan silang antara bebek dan Entok yang kemudian melahirkan seekor unggas yang sering disebut dengan Bengkiwa, atau dalambahasaIndonesianya disebut dengan tongki. Keunikan dari perkawinan silang dari bebek dan Entok yang melahirkan Bengkiwa, menimbulkan inspirasi yang kemudian menjadikan sebuah ide untuk mengaktualisasikannya kedalam komposisi karawitan. Melalui media ungkap gamelanBaleganjur empat nada dengan instrumen reong empat nada dengan laras jegog Jembrana, penata mencoba mengkomposisikan karya ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan menarik sesuai dengan
ide sentralnya. Dengan memperhatikan unsur-unsur musik yang ada, dikemas dalam sebuah bentuk komposisi karawitan inovatif Bengkiwa. Digunakannya gamelan Baleganjur pelog empat nada dan instrumen reong empat nada dengan laras jegog Jemberana sebagai media ungkap garapan karena ketertarikan serta keinginan bereksperimen memadukan laras pelog yang ada di barungan Baleganjur dan laras pelog yang ada pada barungan Jegog Jembrana. Di sisi lain kedua gamelan ini kiranya mampu memberikan kontribusi yang real dalam proses serta hasil karya,
sesuai karakteristik warna serta suasana dalam karya yang penata
inginkan.
ABSTRACT
The idea of this musical composition occurred when watching
the hybridization process between a duck and an entok which
then gives birth to a fowl which is often called bengkiwa, or
in the Indonesian language is called tongki. The uniqueness of
this hybridization has given an inspiration to express it in the
form of a musical composition. Through the media of a four tone
Baleganjur gamelan set with the four tone reong instrument using
the pelog tuning system of Jegog Jembrana, the choreographer
has arranged this composition to be unison and interesting
according to its central idea. Based on the elements of music, it is choreographed in an innovative musical composition named
Bengkiwa. The use of these instruments as a media expression
is because of the interest and desire to experiment by combining pelog tuning system that exists in the Baleganjur gamelan set and the pelog tuning system that is in the Jegog Jembrana. In the other hand, there is hope that both of this gamelan can give contribution in the process and the result, according to its characteristics and atmosphere in the composition that the choreographer wants.
Keywords: Entok; Bengkiwa and Baleganjur
COPID
I Made Budiarsa
Program Studi S-l Penciptaan Jurusan Seni Karawitan
FakuItas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar
Abstrak
Garapan ini merupakan sebuah komposisi musik kontemporer yang mana terdapat keinginan penulis untuk memadukan alat-alat tersebut kedalam sebuah komposisi musik. Dari alat-alat yang dipergunakan dibutuhkan perekayasaan, sehingga merekayasa media yang dipergunakan untuk dapat dijadikan sebagai alat musik dan disesuaikan dengan tern a yang telah diangkat. Dari hal tersebut dibutuhkan kreativitas, baik dari bahasa musikal maupun unsur-unsur lain seperti teatrikal, tata penyajian, kostum, dan lainnya yang berkaitan dengan garapan. Sehingga diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada penikmat terhadap sajian komposisi musik ini. Penyajian garapan ini adalah sebuah garapan komposisi musik kontemporer dengan aliran Sublimasi, yaitu sebuah karya komposisi yang cenderung menerapkan perekayasaan secara kreatif terhadap media yang
dipergunakan dengan tema berkaitan erat dengan kehidupan di masyarakat. Sehingga garapan komposisi ini jauh dari kesan glamor dengan kata lain lebih kepada kesederhanaan, baik dari segi ekonomis dan tata penyajiannya. Media yang digunakan tidak mempergunakan alat musik pada umumnya melainkan mempergunakan alat yang biasa dipergunakan oleh buruh bangunan saat bekerja.
Abstract
This creation is a composition of contemporary music in which
there is a desire to fuse the authors of the device into a musical
composition. From the tools used needs some technics, so that is
used to manipulate the media can be used as an instrument and
adapted to themes that have been raised. Regarding to that it needs
creativity of both musical language and other elements such as
theatrical, good presentation, costumes, and the other relating to
the composition. So that thus expected to give the audience an
understanding of the musical composition of this creation. The
presentation of this work is a creation of contemporary musical
composition by flow sublimation, which is a composition which tends to work creatively apply the manipulation to the media
which is closely related to the theme oflife in society. So that the
composition of the creation is far from glamorous impression in
other words more to the simplicity, both in terms of economical
and good presentation. The media used is not the appropriate use
of music in general but rather to use the tools commonly used by
construction workers at work
Keywords: Cetok, construction workers, dan music.
KARYA-KARYA KARAWITAN I WAYAN JEBEG DALAM ORIENTASI NILAI BUDAYA
I Ketut Muryana
Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan,
Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia
Abstrak
I Wayan Jebeg adalah seniman seni Karawitan yang bergelut dalam bidang Kebyar dan Babarongan, yang berasal dari Banjar Batur, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. I Wayan Jebeg pemah menjadi nara sumber dalam program Teknikal Asistensi (TA) Rekonstruksi Gendhing- Gendhing, program I-MHERE Jurusan Program Studi Seni
Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar tahun anggaran 2009 dalam bidang rekonstruksi repertoar gendhing- gendhing Bebarongan. Orientasi nilai budaya seniman I Wayan Jebeg dalam berkarya, dipandang melalui teori Kluckhohn yang diambil empat dari lima kerangka yaitu 1) Hakekat masalah hubungan manusia dengan karya (MK), 2) Hakekat masalah hubungan manusia dengan waktu (MW), 3) Hakekat masalah
hubungan manusia dengan alam (MA), dan 4) Hakekat masalah
hubungan manusia dengan manusia (MM). Dengan penerapan teori ini untuk tnembedah permasalahan, juga didukung dengan metode-metode dalam proses penelitian dengan sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan analistis. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa Jebeg berkarya pertama, lebih cenderung pada orientasi karya untuk karya, meskipun efek dari pengabdian Jebeg terangkat derajatnya dalam status sosialnya. Kedua, berorientasi mas a lalu, sekarang, dan masa akan datang. Ketiga, cenderung kepada selaras dengan alam, dan Keempat, orientasi keatas tetap dengan pengabdiannya kepada Tuhan, kepada
sesama, dan sekaligus untuk dirinya sendiri sebagai individu.
Abstract
I Wayan Jebeg Karawitan is an artist who deals in the Kebyar
and Babarongan, who comes from the Banjar Batur, Batubulan
Village, District Sukawati, Gianyar Regency. I Wayan Jebeg had been a resource person in the program Technical Assistance
(TA) Rekonstruksi gending-gending, the program I-MHERE
Department of Art Studies Program, Faculty of Performing
Arts ISI Denpasar in year 2009 in the field of reconstruction
of the piece-the piece Bebarongan repertoire. Cultural value
orientations artist I Wayan Jebeg in the work, seen through the
theory of Kluckhohn taken four of the five terms: I) The human
relations problems with the work (MK), 2) The problem of human
relationship with time (MW), 3) The relationship problems man
and nature (MA), and 4) the nature of human relationships
with the human problems (MM). With the application of this
theory to dissect the problem, also supported by the methods
in the research process with the nature of qualitative research is
descriptive and analytical. The conclusion of this study, firstly
Jebeg worked are more likely to work for the paper orientation,
although the effects of elevated rank in the service Jebeg social
status. Second, his works are oriented to the past, present, and
future life. Third, tend to harmony with nature, and the Fourth,
keep up with the orientation of devotion to God, to others, and
also for himself as an individual
Keywords: Orientasi, estetis, and sosial
PENINGKATAN SISTEM PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH SPESIALISASI (KENDANG) TENAGA AHLI: I GUSTI AGUNG AJI MANGKU DALEM
Tri Haryaoto
I Ketut Muryaoa
Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan,
Institut Seni Indonesia Denpasar, Indonesia
Abstrak
Pembelajaran pada mata kuliah spesialisasi (instrument pilihan ken dang) memiliki banyak kemungkinan untuk pengembangannya, salah satunya mendatangkan seorangmaestro kendang. Dengan datangnya maestro kendang, mahasiswa dapat langsung berinteraksi dan menanyakan berbagai pola permainan kendang. Pada peningkatan sistem pembelajaran ini, tenaga ahli yang didatangkan adalah I Gusti Agung Aji Mangku Dalem
dari Banjar Tegal Tamu desa Batubulan, Sukawati, Gianyar sebagai instruktur. Keahlian yang dimiliki Beliau, menjadi salah satu gaya yang masih berkembang hingga kini, gaya atau stile yang dimiliki beliau sangat berbeda dengan gaya yang ada di daerah lainnya, seperti gaya Badung, Denpasar, dan lainnya termasuk gaya Gianyar sendiri, meskipun Batubulan
termasuk wilayah Gianyar. Sasaran dari program ini adalah untuk peningkatan system pembelajaran di Jurusan Karawitan, khususnya mata kuliah Spesialisasi I dalam instrumen ken dang. Sasaran berikutnya adalah mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Spesialisasi I, kebetulan pada mata kuliah ini adalah semester V jurusan karawitan. Dari hasil pelatihan ini dapat menambah perbendaharaan motif dasar kekendangan dan improfisasi kekendangan pada kekendangan tunggal iringan Jauk
(Jauk Manis dan Jauk Keras), harapannya bukan hanya untuk mahasiswa yang mendapatkan pelatihan, namun mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan bisa menularkannya dengan ternan-ternan mahasiswa kakak atau adik kelas mereka, sekaligus bisa sebagai bahan atau bekal mereka untuk terjun di masyarakat sebagai pembina atau pengajar dikemudian hari
Abstract
Learning on specialization classfkendang) have a lot of
possibilities for development, one of which brought a drum
maestro. With the advent maestro of kendang, students can
directly interact and ask the various patterns of kendang play.
On improving this learning system, experts are brought in are I
Gusti Agung Aji Mangku Dalem village of Banjar Tegal Tamu
Batubulan, Sukawati, Gianyar as an instructor. His expertise,
becoming a style that is still developing until now, the style or
the stile which he own very different from the style in other
areas, such as the style ofBadung, Denpasar and Gianyar others
including his own style, although Batubulan including Gianyar
region. The objective of this program is to increase the learning
system in the Department of Karawitan, particularly in subjects
Specialization I ken dang instrument. The next target is the
students who are taking courses Specialization I, chanced upon
this subject is the half of V majoring in musical. From the results
of this training can increase the vocabulary of basic motifs and
elaboration of kendang the sole accompaniment kekendangan
Jauk (Jauk manis and Jauk keras), hopes not only to students
who receive training, but students who have been trained to pass
it with friends, or juniors class, as well as materials or supplies
to them to plunge in the community as a coach or teacher in the
future
Keywords: Learning, specialization of kendang, kekendangan
tungga/ Jauk
TEMBANG ILIR-ILIR SEBUAH KAJIAN SPIRITUAL DAN ESTETIS
Tri Haryanto
Suminto
Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan,
Institut Seni Indonesia Denpasar, Iiidonesia
Abstrak
Dalam dunia karawitan Jawa, banyak misteri yang dikaitkan dengan mistik dan bahkan diluar nalar manusia. Dari berbagai misteri tersebut salah satunya adalah syair tembang II ir-il ir, yang konon memiliki keterkaitan dengan kehidupan para Wali pada saat penyebaran agama Islam di Jawa. Beberapa asumsi memberikan predikat Ilir-ilir ini suatu tembang yang dijadikan ajakan kepada umat Muslim yang belum mau menjalankan
syareat dengan baik, atau bahkan sebuah sindiran agar umat muslim yang belum menjalankan Islamnya mau menjalankan dengan benar. Pada era sekarang, tembang ini dipercaya memiliki daya spiritual yang tinggi, karena pada realitas kehidupan seniman, khususnya pada seniman kuda lumping (jatilan). Pada syair Ilir-ilir ini, ditemukan dua sumber yang sulit di lacak mana yang benar dan mana yang tidak benar, yang keduanya adalah
tokoh masyarakat Islam yaitu dua Wali diantara sembilan wali yang berjumlah sembilan (sanga). Dari kedua pendapat ini, penulis sulit menentukan mana yang benar antara Sunan Giri dengan Sunan Kalijaga, karena keduanya dari satu sumber yaitu dari riwayat "Wali Songo". Bentuk dasar tembang Ilir-ilir adalah bentuk gending ketawang, yang pada penyebarannya secara estetis bisa digarap dalam bentuk jineman, bisa dipergunakan sebagai gerongan penyambung dari bentuk ketawang Cucur
Biru. Ilir-ilir memiliki daya spiritual sesuai dengan kepercayaan masing-masing pendukung, yaitu dari umat muslim bisa dimanfaatkan untuk penumbuh semangat untuk melaksanakan ajaran Islam dengan benar khususnya sholat lima waktu dan rukun Islam yang lima. Sedangkan untuk umat Hindu untuk memperkokoh kepercayaannya dengan adanya Panca Srada. Selain itu juga dimanfaatkan untuk memberikan kekuatan baru
bagi orang yang rnengalami koma (tak sadarkan diri), atau orang yang baru kerasukan (kesurupan).
Abstract
In Javanese music, a lot of mysteries are connected to the mystics
and even irrational to the mind. From those mysteries, one of
them is the Ilir-ilir song, which is said to have the connection
to the life of the prophets during the spreading of Islam in Java.
Some assumptions states that the song Ilir-ilir is an invitation to
the Muslims that hasn't conducted the shari'a accordingly, or as
a satire to Muslims that has not practiced Islam properly. In this
era, this song is believed to have high spiritual powers because
in the reality of an artist's life, especially in the kuda lumping
(jatilan) artists. In the verse of Ilir-ilir, there are two sources
which can't be defined which is true and which is false, both are
Islam figures, those are two ofthe nine prophets. From these two
assumptions, the writer is difficult determining which is Sunan
Giri and Sunan Kalijaga, because both comes from one source
which is the history of"Wali Songo". The basic shape of Ilir-ilir
song is ketawang, which in its spread is aesthetically composed
in the form ofjineman, can be used as a gerongan penyambung
from the form ketawang Cucur Biru. Ilir-ilir has spiritual powers
according to the beliefs of its supporters: the Muslims use it to
increase its passion to conduct Islam properly especially the five
time prayers and the fifth pillar of Islam. On the other hand the
Hindu's use it to strengthen its belief of Panca Srada. Besides
that it is used to give extra strength for those suffering from a
coma or a possessed person (trance)
Keywords: Ilir-ilir; beliefs, and aesthetic
RIKAPA
I Putu Hardy Andika Wijaya
Program Studi S-l Penciptaan Jurusan Seni Karawitan
Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar
Abstrak
Garapan musik kontemporer Rikapa ini terinspirasi dari sekelompok pengukir kayu. Penata melihat dan mendengarkan orang yang sedang mengukir kayu di tempat penata KKN. Suara yang dikeluarkan dari pahatan kayu dan pukulan-pukulan palu yang berpariasi membuat penata terinspirasi untuk membuat garapan kontemporer dengan menggunakan konsep mengukir. Secara prinsip dapat disampaikan bahwa idenya adalah ingin mewujudkan sebuah garapan musik kontemporer dengan menggunakan bahan-bahan yang dipergunakan orang untuk mengukir kayu seperti : kayu, pahat
Actions (login required)
|
View Item |