I Made, Angga Wangsa
(2016)
ARTIKEL KARYA SENI TABUH BEBARONGAN SUNGGA.
Documentation.
ISI Denpasar.
Abstract
Tabuh bebarongan Sungga merupakan suatu tabuh bebarongan yang berasal dari representasi imajinasi penata tentang pengalaman masa kecilnya terkena sungga, pengalaman tersebut sangat terkenang sampai saat ini sehingga muncul ide penata untuk membuat tabuh bebarongan dengan sungga sebagai sumber inspirasi. Sungga dalam kamus bahasa Bali merupakan ranjau yang terbuat dari bambu, sama halnya melalui wawancara yang dilakukan oleh penata sungga merupakan jebakan yang terbuat dari bambu serta narasumber juga menceritakan tentang bentuk, jenis dan cara pemasangan dari sungga. Bentuk dari sungga menjadi pedoman bagi penata untuk membuat struktur dari tabuh bebarongan Sungga, dimana masih menggunakan pola struktur tradisi yang terdiri dari, kawitan, pangawak dan pangecet. Selain dari pola tradisi tersebut tabuh bebarongan Sungga juga mengadopsi pola-pola musik barat seperti polymeter dan polyrthm. Bentuk tabuh bebarongan dengan menggunakan gamelan semar Pegulingan Saih Pitu dipilih penata karena: sistem modulasi yang ada pada gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu sangat memungkinkan menghasilkan mode yang berbeda, dengan tujuh nada yang dimiliki oleh Gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu memberi ruang eksplorasi yang sangat luas terutama dalam penyusunan melodi, warna nada dan kompleksitas statifikasi (layers) melodik line, karena ingin memberikan sesuatu yang baru terhadap repertoar-repertoar tabuh bebarongan yang menggunakan gamelan diluar dari gamelan bebarongan, palegongan dan gong kebyar serta Gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu merupakan gamelan yang fleksibel dan mampu menyampaikan mode diluar kesan magis atau harmonis. Terwujudnya karya tabuh bebarongan Sungga melalui tiga tahapan yaitu penjelajahan (exploration), penuangan dan percobaan (improvisation) dan pembentukan (forming). Ketiga proses tersebut penata lalui dengan segala perjuangan hingga dapat mewujudkan karya ini. Tabuh bebarongan Sungga disajikan secara konser di panggung yang berbentuk prosenium di gedung Natya Mandala ISI Denpasar yang dimainkan dengan gamelan semar pegulingan saih pitu dengan pemain sebanyak 24 orang termasuk penata. Karya ini berdurasi kurang lebih 14 menit, kostum yang digunakan sesuai dengan konsep yaitu memakai warna dasar hitam putih (poleng) dengan diisi prada dan pada pengikat kepala (udeng) terdapat sungga kecil yang menghiasi.
Actions (login required)
|
View Item |