I Gusti Ngurah Agung, Jaya CK and I Wayan, Sukarya (2020) Dominasi Patra Punggel Sebagai Hiasan Dekorasi Pada Bangunan Wadah Di Badung. SEGARA WIDYA Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 08 (02). pp. 149-177. ISSN 2354-7154
PDF (Dominasi Patra Punggel Sebagai Hiasan Dekorasi Pada Bangunan Wadah Di Badung)
Download (4MB) |
Abstract
Patra punggel adalah bentuk ornament Bali, yang lebih dominan di terapkan pada bangunan wadah yang ada di Bali. Patra punggel bila dipisah-pisahkan, akan menjadi bentuk dekorasi yang bermotif monotun, yang disebut dengan keketusan, yang biasanya digunakan untuk menghias bagian pepalihan yang memanjang. Jika patra punggel digabungkan dengan bentuk muka, topeng, yang berbentuk manusia atau binatang, akan menjadi ornament kekarangan, yang biasanya digunakan untuk mendekorasi bentuk pepalihan segi empat, segi empat panjang, atau menhias pada bagian sudut dari bangunan wadah atau bangunan suci. Patra punggel adalah kumpulan bentuk motif, menjadi satu kesatuan yang harmonis, jumlahnya lima bentuk karakter motif, diantaranya: Ada yang disebut dengan janggar ayam, yang bentuknya melingkar, mengambil bentuk tanaman paku yang muda, Ada yang disebut dengan batu poh, yang bentuknya mengambil bentuk biji mangga, ada pula yang disebut kuping guling, yang mengambil bentuk telinga babi yang dipanggang, ada bentuk ampas nangka yang mengambil bentuk ari dari buah nangka, ada pula bentuk pepusuhan, adalah mengambil bentuk tunas muda dari tumbuhan yang masih muda, ada bentuk util atau ikut celedu, mengambil bentuk ekor kala jengking, yang penuh dengan racun pada ujung ekornya. Bentuk janggar ayam, batu poh, kuping guling, ampas nangka, pepusuhan dan ikut celedu, menjadi satu kesatuan yang harmonis disebut patra punggel. Bentuk patra punggel ini mendominasi dekorasi pada bangunan wadah, yang digunakan sebagai tempat menaruh jenazah, yang nantinya diusung dibawa kekuburan, sebagai bagian dari sarana upacara ngaben di Bali. Pepalihan adalah suatu bentuk yang menyerupai anak tangga yang disusun secara beraturan sebanyak tiga tingkatan yang diulang-ulang baik susunannya naik maupun turun, terbalik maupun mendatar. Dimana fungsi dari pepalihan ini untuk membentuk suatu menara yang makin mengecil, menyerupai menara tower. Kegunaannya pepalihan untuk merekatan atau menempelkan beberapa ragam hias yang memberikan kesan megah berwibawa bagi seseorang telah meninggal yang akan diaben/dibakar. Makin rumit ragam hias yang digunakan, ini akan menampilkan keluarga yang meninggal orang berkasta. Bangunan wadah adalah bangunan yang mengambil bentuk pepalihan, pada bagian atasnya mempunyai atap atau tidak menggunakan atap, tergantung pemesannya, berfungsi untuk menaruh jenazah, sebagai simbol kendaraan memuju kealam lain, bangunan wadah digotong diarak menuju kekuburan, sesampainya di kuburan bangunan wadah dibakar, juga jenazah dibakar sebagai symbol pengembalian unsur-unsur alam atau unsur panca maha bhuta (air,tanah, api,angkasa, udara). Luaran Penelitian yang ingin dicapai salah satunya artikel pada jurnal nasional terakreditasi (terindek sinta), dan Satu buah buku hasil penelitian ber-isbn. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana data yang didapat, kebanyakan diambil dari hasil observasi, wawacara dan dokumentasi, dengan nara sumber dari para seniman, Ketua adat istiadat, Kepala desa dan masyarakat pengguna dari bangunan wadah. Kata kunci: Patra punggel, pepalihan, bangunan wadah.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NX Arts in general |
Divisions: | Publication Unit > Journal > Segara Widya Journal |
Depositing User: | Jayasemadi |
Date Deposited: | 27 Apr 2021 03:08 |
Last Modified: | 27 Apr 2021 03:08 |
URI: | http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/4093 |
Actions (login required)
View Item |