Kadek, Suartaya
(2010)
Ketika Dewi Sita Dikalahkan Luna Maya.
Artikel Bulan November, 11.
p. 1.
Abstract
Kelir (layar wayang) dibentangkan di sebuah bale-bale di tepi jalan umum di desa Sukawati, Gianyar. Malam itu, Selasa (12/10) lalu, dalang senior setempat, I Wayan Wija (60 tahun), tampil mementaskan wayang kulit berkaitan dengan odalan sebuah pura. Ketika malam telah menjelang, belencong (lampu wayang) dinyalakan dan gamelan gender ditabuh empat orang pengerawit. Tak tak tak, cepala (dijepit pada jemari kaki kanan dalang) menghentak-hentak menggarisbawahi tuturan kisah yang diangkat dari epos Mahabharata. Tapi, sungguh menyedihkan. Pementasan wayang itu hanya disaksikan segelintir penonton.
Tahun 1970-an, pementasan wayang kulit masih mengundang takjub. Saat itu, sebuah rencana pagelaran teater wayang merupakan kabar yang menggembirakan yang pementasannya ditunggu-tunggu khalayak banyak. Para penonton menyaksikan dengan penuh perhatian keseluruhan proses dan detail pementasan, baik yang disajikan dalam konteks ritual keagamaan maupun pertunjukan wayang dalam ajang profan. Bagaimana aksi dalang di balik layar dalam meragakan boneka pipih dua dimensi itu tak luput dari perhatian penonton. Bagaimana asyiknya penonton menyimak adegan demi adegan sepanjang 3-4 jam dan kemudian mendiskusikan seusai pementasan, menunjukan begitu karismatiknya kesenian yang diduga sudah mempesona penonton pada zaman Airlangga, abad ke-11 itu.
Actions (login required)
|
View Item |