Kadek, Suartaya
(2011)
Demokrasi Berkesenian Wanita Dan Anak-Anak Bali.
Artikel Bulan Januari (2011), 2 (1).
p. 1.
Abstract
Suara gamelan bagaikan denyut nadi dan menari adalah bak aliran darah masyarakat Bali. Hasrat berkesenian itu tampak hampir dalam setiap lekuk kehidupan dan pada sebagian besar insan-insannya, tak terkecuali pada kaum wanita dan anak-anak. Tak kurang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terkagum-kagum dengan kiprah kaum wanita dan bocah-bocah Bali di bidang seni yang disaksikannya pada pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) III, Kamis (9/12) lalu, di Nusantara Room, The Westin Hotel, Nusa Dua.
Begitu SBY memasuki ruangan bersama para pemimpin dunia lainnya, gemerincing suara gamelan yang sayup-sayup merdu menyambut santun. Tak seperti lazimnya, para penabuh gamelan Semara Pagulingan itu bukan kaum pria melainkan dimainkan dengan lentur oleh puluhan wanita dengan senyum tersungging. Suasana terhampar teduh dan hikmat.Setelah alunan gamelan peninggalan zaman kejayaan keraton Bali itu senyap, lalu disambung dengan denting nada-nada magis gamelan Gender Wayang. Perhatian seluruh hadirin kemudian tertuju pada sekelompok bocah gabungan wanita dan laki-laki yang memainkan dengan lincah salah satu gamelan Bali yang memiliki teknik permainan nan kompleks itu.
Actions (login required)
|
View Item |