Kadek, Suartaya
(2011)
EKSOTISME NGELAWANG, ROMANTISME USANG.
Artikel Bulan Februari (2011), 2 (2).
p. 1.
Abstract
Eksotisme tentang sebuah pentas seni komunal yang dulu dapat disimak dalam rangkaian hari suci Galungan, kini selalu mengundang romantisme. Pentas seni nomaden yang dikenal dengan ngelawang itu, di masa lalu, memang pernah mengkristal menjadi peristiwa kesenian yang mewarnai Galungan bahkan tetap meriah hingga ritual Kuningan. Tetapi belakangan, pertunjukan keliling yang mementaskan puspa ragam seni tradisi Bali itu telah digerus perubahan zaman. Seperti tampak pada Galungan pertengahan Mei ini, begitu sulit memergoki sekaa-sekaa seni pertunjukan tampil penuh keintiman di tengah masyarakat.
Ngelawang memiliki makna melanglang lingkungan. Pada awalnya ngelawang adalah sebuah ritus sakral magis yang disangga oleh psiko-relegi yang kuat. Benda-benda keramat seperti Barong dan Rangda misalnya diusung ke luar pura berkeliling di lingkungan banjar atau desa yang dimaknai sebagai bentuk perlindungan secara niskala kepada seluruh masyarakat. Kehadiran benda-benda yang disucikan itu ditunggu dan disongsong dengan takzim oleh komunitasnya. Penduduk yang dapat memungut bulu-bulu Barong atau Rangda yang tercecer, dengan penuh keyakinan, menjadikannya obat mujarab atau jimat bertuah.
Actions (login required)
|
View Item |