Sap, tono
(2011)
Falsafah dan Konsep Ruang Tradisional Bali.
Artikel Bulan April (2011), 2 (4).
p. 1.
Abstract
1. Pendahuluan
Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat obyektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar supaya maksud itu terlaksana, orang harus menghidarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari pengalaman. Empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetap melalui idealisme subyektif bemuara pada suatu skeptisme yang radikal (Juhaya S. Praja, 2003:116).
Kritisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha rasaksa untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme mementingkan insur apriori dalam pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala pengalaman (seperti “ide-ide bawaan” ala Descartes). Empirisme menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman, menurut Kant baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah. Menurutnya, unsur apriori itu sudah terdapat pada indera, dan pengalaman inderawi selalu ada bentuk apriori (ibid, p.116-118)
Actions (login required)
|
View Item |