I Wayan, Dibia
(1999)
TARI LEGONG DALAM MODERNISASI BUDAYA BALI.
Mudra (JURNAL SENI BUDAYA), 7.
p. 1.
ISSN 0854-3461
Abstract
Tari legong (kraton) adalah suatu bentuk kesenian klasik/tradisional ke bangaan masyarakat bali dan salah satusumber penting dari seni pertunjukan di daerah ini.Akhir-akhir ini banyak kalangan yang menjadi khawatir demi melihat keberadaan primadona kesenian bali ini dan tidak sedikit di antaranya yang memprediksi bahwa tak lama lagi tari legong akan leyap dari bumi bali. Kekhawatiran akan lenyapnya tari Legong kiranya masih terlalu dini karena di banyak desa di Bali Legong masih dipelihara dengan baik dan secara aktif di pentaskan. Yang pasti bahwa tari Legong, sebagai mana halnya kesenian bali lainnya, telah mengalami banyak perubahan. Perubahan suatu bentuk tradisi seni hampir tidak dapat dielakkan karena faktor seniman pendukungnya yang selalu berubah sebagai akibat dari keterlibatan mereka dalam berbagai peristiwa kontemporer kekinian (Erdman 1991:113).
Tulisan ini di sajikan untuk menggambarkan secara umum eksistensi tari Legong di Bali dewasa ini sebagai inovasinya. Dengan menjadikan Legong sebagai contoh kasus,melalui tulisan ini penulis bermaksuk untuk memperlihatkan bagaimana sebuah kesenian klasik di Bali menghadapi proses modernisasi di lingkungan budayanya. Beberapa hal penting yang perlu di ingat dalam pembicaraan ini adalah : pertama,Legong masih tetap hidup di bali dan unsur-unsurnya telah banyak di biakkan didalam tari-tarian Bali yang lahir kemudian; kedua, Palegongan telah di sajikan salah satu konsep garap tari oleh para seniman muda di daerah ini untuk menghasilkan karya-karya baru; dan ketiga,di dalam beberapa dekade terakhir ini telah lahir kreasi-kreasi Legong,baik oleh para seniman putra Bali maupun oleh seniman luar, dengan memasukkan unsur-unsur seni pentas moderen,yang tentu saja di harapkan akan dapat memperkaya khasanah seni Palegongan.
Actions (login required)
|
View Item |