I Made, Bandem
(1994)
MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN SOSIAL YANG MENDUKUNG WAYANG.
Mudra (JURNAL SENI BUDAYA), 2.
p. 1.
ISSN 0854-3461
Preview |
|
PDF (MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN SOSIAL YANG MENDUKUNG WAYANG)
- Published Version
Download (6kB)
| Preview
|
Abstract
Pendahuluan
Sebagai sebuah karya seni klasik,wayang kulit termasuk karya seni yang bermutu tinggi dan terus hidup sepanjang masa.Wayang kulit di gemari oleh masyarakat dari generasi yang paling muda sampai generasi yang paling tua.Wayang selain menarik untuk di nikmati,juga banyak menjadi bahan pembicaraan dan penelitian para ahli,baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Kata”wayang” sama artinya dengan “bayang-bayang”sebuah istilah yang mengandung pengertian prihal dan seluk beluk wayang terutama diantaranya ialah pertunjukan wayang yang di buat dari kulit sapi atau kerbau,dipahat,ditatah,yang merupakan bentuk-bentuk khayalan dewa-dewa,manusia,binatang,raksasa,pohon-pohonan dan lain-lainnya.Sebagai seni pertunjukan yang menggunakan wayang sebagai media ungkap,Wayang kulit bali (WKB) dimainkan oleh orang bahli yang di namakan dalang.
Catatan yang paling tua yang menyebutkan adanya pertunjukan wayang di jawa tengah terdapat pada batu tertulis jaha yang berangka tahun 840 Masehi.Pertunjukan wayang pada saat itu disebut “aringgit”.Kemudian batu bertulis lain yang menyebutkan adanya wayang ialah batu bertulis yang di buat pada jaman Diah Balitung,berangka tahun 907 Masehi dan mengungkapkan wayang istilah “mawayang”(Holt,1967:281).
Di bali di temukan juga sebuah prasasti yang memuat adanya pertunjukan wayang yaitu prasasti Bebetin berangka tahun 896 Masehi dan mengungkapkan wayang sebagai “perbayang”.Prasasti ini di buat pada pemerintahan Raja Ugrasena di Bali (Simpen,1974:3)
Actions (login required)
|
View Item |