N.L.N, Swasti Widjaja Bandem
(1994)
KONSEP DASAR ESTETIS LEGONG KRATON.
Mudra (JURNAL SENI BUDAYA), 2.
p. 1.
ISSN 0854-3461
Abstract
Legong Kraton pada hekekatnya adalah sebuah tarian klasik bali yang mengutamakan pengajian gerak-gerak yang luwes,yang di ikat oleh pola-pola dan aksen-aksen gamelan.Keindahan tari Legong kraton yang sudah di kenal baik dalam maupun di luar negeri ini,terletak pada keharmonisan gerak dan musiknya.Hal ini sesuai dengan makna kata Leg(gerak yang luwes) dan gong(gamelan ) yang menyatu menjadi Legong :Gerak-gerak luwes yang di iringi gemelan(Bandem 1980/81:30).
Tari Legong Kraton yang biasanya di pertunjukan di Bali dewasa ini,adalah yang ditarikan oleh 3 orang penari.Penari yang tampil pertama adalah Candong(emban) yang kemudian di susul oleh dua penari Legong. Dalam kisah Prabu Lasem yang di angkat dari cerita Panji/Malat,kedua Legong ini masing-masing memerankan Prabu Lasem dan Putri Langkesari,sedangkan dalam kisah Jobog atau kuntir yang di angkat dari cerita Ramayana,kedua Legong ini adalah tokoh Subali dan Sugriwa.
Ada sedikitnya tiga versi tentang asal mula dan terjadinya Legong kraton yang sudah pernah di ungkapkan oleh para ahli dan sarjana seni bali.Semua versi ini berdasarkan legenda-legenda Bali yang dapat di lihat dari tulisan-tulisan terdahulu,misalnya yang pertama mengatakan bahwa Batari Giriputri melahirkan dua orang putrid dari kedua betisnya,yang kemudian di turunkan ke bumi untuk mengajarkan tari Legong(Bandem 1974/75: 16).
Actions (login required)
|
View Item |