I Wayan, Artika
(2001)
CERITA DAN ARENA BERCERITA: YANG TETAP DAN YANG BERUBAH.
Mudra (JURNAL SENI BUDAYA), 10.
p. 1.
ISSN 0854-3461
Preview |
|
PDF (CERITA DAN ARENA BERCERITA: YANG TETAP DAN YANG BERUBAH)
- Published Version
Download (263kB)
| Preview
|
Abstract
Menurut Anthony de Mello (1990), “Pada suatu hari.” Adalah ungkapan yang paling memikat dalam kebudayaan. Ungkapan-ungkapan yang semakna dengan ungkapan tersebut ditemukan dalam berbagai tradisi cerita pada berbagai kebudayaan dan atas dasar itu muncul sebutan homo fabulans (Teeuw, 1983 : 15) untuk manusia. Pada masa lampau cerita disusun dengan berbagai tujuan. Hal itu menunjukkan, cerita sangat penting dalam kebudayaan. Dia menjadi semacam nafas peradaban. Pada abad-abad selanjutnya cerita-cerita kemudian senantiasa dihidupkan, sebuah kehidupan yang, baik untuk cerita itu sendiri maupun dijadikan ilham atau inspirasi dalam sejulah cabang kesenian lain. Cerita ditemukan dalam berbagai kemasan budaya atau pada tradisi-tradisi kecil. Peninggalan-peninggalan arkelogis banyak memberikan informasi tentang hal ini.
Mengapa cerita disusun? Untuk apa cerita diwariskan? Apakah karena, “Kamu harus tahu, Saudaraku bahwa jarak paling dekat antara manusia dan kebenaran itu cerita”?; atau apakah karena “cerita digunakan untuk menemukan kenyataan paling dalam, sebagaimana nyala lilin kecil digunakan untuk menemukan kembali sekeping emas yang hilang” (Anthony de Mello, 1987 : 37). Atau, karena sastra berbicara dengan kebenaran (Seno Gumira Ajidarma, 199 : 1).
Actions (login required)
|
View Item |