I Wayan , Sucipta
(2011)
Perkembangan Kesenian Gambuh di Desa Kedisan.
Artikel Bulan Juli (2011), 2 (7).
p. 1.
Abstract
Gambuh Kedisan adalah sebuah seni pertunjukan klasik yang masih dipelihara dan dilestarikan keberadaanya. Kesenian ini sempat mengalami kejayaanya pada tahun 1950-an. Ketika itu sempat melakukan berbagai pertunjukan di puri-puri dan masyarakat yang meminta ngayah ketika ada upacara Agama, seperti puri Agung Gianyar, Puri Ubud dan Puri Kedisan. Pada jaman dahulu ketika Raja Gianyar mengetahui di Desa Kedisan terdapat Kesenian Gambuh, Ketika itu juga Raja Gianyar meminta sekaa Gambuh tersebut untuk ngayah ngambuh di Puri Gianyar.
Pertunjukan Gambuh sering dilakukan di Puri Gianyar ketika ada upacara-upacara di lingkungan puri, seperti upacara Dewa Yadnya, Manusa Yadnya maupun Pitra Yadnya. Kesenian Gambuh Kedisan ketika itu termasuk Gambuh yang sangat digemari oleh lingkungan Puri Gianyar. Gambuh ini ketika pentas di Puri Gianyar mendapatkan tempat pementasan khusus yang disebut dengan Bale Pegambuhan. Bangunan tersebut berada di sebelah selatan ancak saji puri. Dalam kamus Bali-Indonesia ancak saji memiliki pengertian batas dari pekarangan puri. Begitu juga halnya ketika ngayah di Puri Ubud, tempat pementasannya disediakan dengan khusus seperti di Puri Gianyar. Menurut I Gusti Ngurah Mangku Puja dan anaknya I Gusti Ngurah Widiantara, bahwa Gambuh Kedisan selalu diminta pentas (ngayah) di Puri Agung Gianyar di setiap kegiatan upacara. Akan tetapi beliau tidak dapat memastikan kapan awalnya kesenian tersebut pentas di Puri Gianyar. Menurutnya hal tersebut sudah diwarisi secara turun temurun oleh Sekaa Gambuh Kedisan.
Actions (login required)
|
View Item |